BNPB: Faktor Alam dan Antropogenik jadi Pemicu Banjir Bandang Sentani

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
Konten dari Pengguna
2 April 2019 0:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali memperbarui informasi seputar banjir bandang akibat meluapnya Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua pada Sabtu 16 Maret 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, penyebab utama banjir bandang Sentani dipicu oleh sejumlah faktor alam dan faktor antropogenik. Dikatakan Sutopo faktor alamnya adalah akibat curah hujan ekstrem yaitu 248,5 mm yang terjadi selama tujuh jam dari pukul 17.00 sampai pukul 24.00 WIT. 
“Dalam ekosistem daerah aliran sungai, ketika dijatuhi curah hujan yang demikian besar, maka otomatis tidak mampu menampung aliran, apalagi ditambah dengan kondisi topografi di wilayah Sentani di Pegunungan Cycloop, yang kondisinya sangat curam, daerah sekitar banyak yang longsor akan membendung alur-alur sungai, mengakibatkan debit air besar dan jebol menghantam wilayah sekitar, ini karakteristik banjir bandang khas Indonesia,” kata Sutopo saat Konferensi Pers Penanggulangan Bencana di Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (29/3).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut dikatakan Sutopo, kedua, topografi di bagian hulu agak curam, sementara di bagian hilir datar atau landau. Ketiga, adanya batuan penyusun di hulu adalah remah (mudah tererosi); keempat, adanya longsor karena proses alami di wilayah timur Sentani dan membentuk bendung alami yang jebol ketika hujan ekstrem.
Selanjutnya, terjadinya kerusakan hutan yang meliputi perambahan cagar alam oleh 43.030 (753 KK) sejak tahun 2003, serta maraknya pembukaan lahan dengan cara menebang pohon.
Kemudian faktor yang terakhir yakni, di mana lokasi titik banjir yang mengepung sembilan Kelurahan di Kabupaten Jayapura merupakan dataran Aluvial dan berdekatan dengan lereng kaki (floot slope), sehingga secara geomorfologis merupakan sistem lahan yang tergenang (inundated land system). [RN]
ADVERTISEMENT