Konten dari Pengguna

Distan Kota Mataram Minta Satgas Pangan Tindak Penyelundup Daging dan Telur Ayam

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
22 Oktober 2018 0:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, segera meminta Satgas Pangan mengatasi indikasi penyelundupan telur dan daging ayam ke wilayah mereka. Langkah ini diambil untuk menjaga agar produksi peternak lokal bisa terserap maksimal.
ADVERTISEMENT
"Kami juga meminta kerja sama para peternak yang menemukan indikasi penyelundupan telur dan daging ayam broiler segera melapor agar bisa segera kami tindak lanjuti," kata Kepala Distan Kota Mataram, H Mutawalli di Mataram, Kamis (17/10).
Pernyataan itu sendiri dikemukakannya menanggapi adanya keluhan dari Asosiasi Ayam Petelur Lombok dan sejumlah pengusaha ayam broiler di Mataram yang datang ke kantornya. Mereka datang untuk meminta pemerintah lebih tegas terhadap aksi pengusaha luar yang mengirim telur dan daging ayam secara ilegal ke wilayah tersebut.
Baca Lainnya : Beda dengan Jateng, Harga Ayam Potong dan Telur di Mataram Justru Naik
Ketua Asosiasi Ayam Petelur Lombok, Zaharuddin mengakui, produksi telur dalam daerah memang belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. Mereka memprediksi, kemampuan pemenuhan kebutuhan telur hanya sekitar 25 persen, sementara sisanya 75 persen memang perlu didatangkan dari luar daerah.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, telur yang datang justru lebih banyak dari yang diperkirakan. Jumlahnya mencapai 85 persen hingga 90 persen. Dampaknya, produksi telur peternak dalam daerah tidak bisa terserap karena bersaing dengan pengusaha luar.
Padahal harga telur lokal di pasaran kini sudah turun menjadi Rp36 ribu per tray atau per 30 butir jauh lebih rendah dari harga sebelumnya yang mencapai hingga Rp45 ribu per tray. Namun saat ini pembelinya masih juga sepi karena stok di pasar terlalu banyak.
"Karena itu, kami meminta pemerintah lebih ketat mengawasi agar peternak dalam daerah tidak merugi," katanya.
Menanggapi hal itu Mutawalli berjanji untuk mengambil langkah-langkah strategis. Untuk penanganan jangka pendek, pihaknya akan meminta peran aktif satgas pangan.
ADVERTISEMENT
"Sanksinya, dari sisi administratif kalau yang melakukan tindakan ilegal adalah perusahaan maka kami bisa lihat izinnya sehingga bisa saja izinnya ditahan atau dicabut," katanya.
Tidak hanya untuk pengusaha telur, namun juga untuk pengusaha daging ayam broiler. Peternak sebenarnya tidak keberatan terhadap pengiriman telur atau daging ayam dari luar namun harus sesuai porsi.
Baca Lainnya : Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Baru untuk Komoditas Telur dan Ayam
Artinya, apabila ada pengiriman tiga truk maka satu truknya harus mengakomodasi hasil dari peternak lokal, sehingga produksi telur dan daging ayam peternak lokal bisa teserap maksimal.
Sementara itu, untuk upaya jangka panjang, sambung Mutawalli, akan dilakukan usulan revisi terhadap Peraturan Gubernur NTB yang sudah berusia 15 tahun, untuk memasukkan sejumlah klausul pemberian sanksi tata niaga.
ADVERTISEMENT
"Jadi Satgas Pangan tidak hanya turun ketika harga naik, tetapi juga harus melakukan tindakan saat harga turun sehingga satgas dapat melindungi konsumen dan produsen untuk mengawasi barang-barang ilegal," katanya. [RN]