Indonesia Rangking 3 Tertinggi Kehilangan Hutan Hujan Primer pada 20

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
Konten dari Pengguna
12 Mei 2019 0:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis angka deforestasi Indonesia periode 2017-2018 alami penurunan sebesar 440 ribu hektare. Tetapi, keberhasilan tersebut belum mampu membawa Indonesia ke luar pada zona merah 10 negara tertinggi kehilangan hutan hujan primer tropis pada 2018. 
ADVERTISEMENT
Pemantauan hutan yang dilakukan oleh University of Maryland melalui GLAD (Global Land Analysis and Discovery) menyebutkan telah terjadi penurunan kehilangan deforestasi Indonesia yang signifikan.
Penelitian ini menggunakan sistim, metodologi dan peristilahan yang mengangkat istilah tree cover loss. Sistim ini menghitung tidak hanya deforestasi, melainkan termasuk pemanenan pada hutan tanaman. 
Referensi GLAD yang dirilis oleh Global Forest Watch dan World Resources Institute (WRI) menyebutkan, Indonesia berada pada posisi ketiga dari 10 besar negara deforestasi hujan primer tropis pada 2018, berdasarkan total area. GLAD merinci angka deforestasi Indonesia seluas 339.888 hektare, atau di bawah Brasil pada peringkat pertama seluas 1.347.132 hektare dan Republik Demokratik Kongo pada peringkat kedua seluas 481, 248 hektare. 
ADVERTISEMENT
Posisi keempat ditempati Kolombia dengan laju deforestasi mencapai 176.977 hektare dan Bolivia di posisi kelima seluas 154.488 hektare. Posisi Selanjutnya secara berturut ditempati Malaysia seluas 144.571 hektare, Peru seluas 140,185 hektare, Madagaskar seluas 94,785 hektare, Papua Nugini seluas 77,266 hektare dan Kamerun  seluas 57, 935 hektare. 
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan KLHK, Belinda Margono mengemukakan bahwa kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pengembangan dan kegiatan lainnya. Perubahan tutupan hutan ini terjadi dari waktu ke waktu, di antaranya adalah konversi hutan untuk membangun sektor non kehutanan, illegal logging, dan kebakaran hutan. 
Selanjutnya upaya KLHK adalah memperpanjang moratorium izin untuk hutan alam primer dan lahan gambut yang sudah dijalankan sejak 2011. Moratorium penting untuk tetap dijalankan karena berkontribusi dalam menekan laju deforestasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Moratorium penting untuk tetap dijalankan karena berkontribusi dalam menekan laju deforestasi Indonesia. Data terbaru KLHK menyebutkan deforestasi terus menurun dari 0,48 juta hektare pada 2016-2017 menjadi 0,44 juta hektare pada 2017-2018," jelas Belinda  di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (8/5).
Belinda menjelaskan, moratorium juga krusial dalam mendukung Indonesia mencapai target pengurangan emisi 29% dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Dalam NDC Indonesia sudah dibatasi deforestasi tidak boleh melebihi 450.000 hektare pada 2020 dan 325.000 hektare pada 2030.