Konsumsi Gula Berlebih Memicu Kerusakan Otak, Begini Penjelasan Dokter

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
Konten dari Pengguna
15 Juni 2019 0:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Trubus.id -- Mengonsumsi makanan atau minuman manis yang mengandung banyak gula setiap hari ternyata tanpa kita sadari bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Tak hanya gula, seseorang yang mengonsumsi karbohidrat dengan jumlah yang melebihi ambang batas ternyata juga bisa memicu kerusakan otak. Benarkah demikian?
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dilansir dari Medical Daily, Dr. Georgia Ede, M.D. dari Diet Doctor mengungkapkan, karbohidrat olahan memiliki dampak buruk pada senyawa yang memasuki otak. Diakui Ede, zat ini dapat mengacaukan hormon-hormon tertentu dan memengaruhi suasana hati secara negatif. Saat hormon insulin terpengaruh, hormon lain dalam tubuh bisa terpengaruh. Termasuk hormon pengatur tekanan darah aldosteron, hormon seks estrogen dan hormon stres adrenalin, serta kortisol.
Tingkat fluktuasi hormon-hormon inilah yang bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan mental, mulai dari perubahan suasana hati, cemas, insomnia, mudah marah hingga sulit berkonsentrasi. Terlebih ketika kamu mengonsumsi terlalu banyak gula dan karbohidrat, kesehatan otak juga terancam.
ADVERTISEMENT
Konsumsi berlebihan karbohidrat olahan sebenarnya meningkatkan oksidasi dan peradangan, dua penyebab dan gejala dari banyak penyakit, termasuk gangguan psikotik semisal skizofrenia dan gangguan bipolar.
Untuk itu, diet rendah karbohidrat dan ketogenik bisa menjadi pemacu kesehatan otak. Rencana makan ini dikatakan memberi otak energi melalui ketogenesis dan glukoneogenesis.
Asupan rendah karbohidrat meningkatkan produksi keton tubuh yang dapat menyediakan hingga 70 persen dari kebutuhan energi otak. Di satu sisi, glukoneogenesis memberi otak pasokan glukosa yang dibutuhkan bahkan jika asupan karbohidrat cukup rendah.
Untuk itu, Ede menarankan ketika ketika seseorang membatasi asupan karbohidrat, otak akan mendapatkan bahan bakarnya dari keton yang diproduksi melalui ketogenesis dan glukosa yang diproduksi di hati melalui glukoneogenesis.
ADVERTISEMENT
Jadi mulai sekarang, usahakan konsumsi gula dan karbohidrat kamu dibatasi setiap harinya ya!