35 Persen Dana Desa Srigading untuk Perangi Prostitusi di Pantai Samas

Konten Media Partner
9 September 2018 19:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
35 Persen Dana Desa  Srigading untuk Perangi Prostitusi di Pantai Samas
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Prostitusi masih menjadi persoalan di Pantai Samas, Desa Srigading, Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Pantai yang dulunya menjadi idola di Kabupaten Bantul kini masih tenggelam kalah tenar dengan pantai-pantai lain di wilayah ini. Terlebih pantai-pantai baru bermunculan menawarkan panorama yang kekinian. Pantai Samas kian terpinggirkan dan tak diminati pengunjung.
ADVERTISEMENT
Pantai Samas, berdasarkan leluhur dahulu diartikan dengan sebutan Samudera Emas artinya ada potensi besar yang bisa dikembangkan. Seiring berjalannya waktu, munculah prostitusi di pantai ini. Samaspun dianggap berubah arti menjadi Samudera Mas-mas (sebutan laki-laki). Dan belakangan di tengah maraknya prostitusi, Samas lebih terkenal dengan singkatan Sampah Masyarakat.
Hal inilah yang menjadi keprihatinan tersendiri bagi Lurah Desa Srigading, Wahyu Widada. Sejak terpilih menjadi lurah tahun 2014 lalu, ia bertekad memerangi prostitusi. Oleh karena itu, salah satu program yang ia masukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah mengurangi praktek prostitusi.
"Saya mengalokasikan anggaran sebesar 35 persen dari Dana Desa untuk memerangi prostitusi,"ungkapnya, Minggu (9/9).
Wahyu mengakui, sampai saat ini praktek prostitusi masih terjadi. Meski masih ada, namun ia mengklaim jika praktek tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tidak sevulgar sebelum ia menjabat. Praktek prostitusi yang masih ada ini dilakukan secara kucing-kucingan dengan petugas yang sering melakukan razia.
ADVERTISEMENT
2020 nanti ia menargetkan tidak ada lagi praktek prostitusi di Pantai Samas. Strategi yang ia laksanakan adalah dengan menjadikan pantai Samas sebagai sentra kegiatan dari masyarakat Srigading. Di sebelah timur pantai ini, Pemerintah Desa telah membangun warung makan apung. Warung makan apung yang mereka beri nama Pesona Pengklik ini dikelola oleh Badan Usaha Masyarakat Desa (BUMDes).
"Kini prostitusi di Samas tinggal 2 persen saja. Itupun bukan warga lokal,"klaimnya.
Selain mendirikan warung apung, saat ini pihak pemerintah desa tengah menyelesaikan pembangunan kantor BUMDes di kawasan Pantai Samas. Kantor BUMDes tersebut ia bangun dengan konsep omah Limasan, rumah ciri khas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tempo dulu.
Selain itu, pemerintah desa Srigading juga membangun tempat pembuangan sampah sementara (TPS) bagi warga Desa Srigading. Dengan pembangunan TPS tersebut ia berharap secara perlahan-lahan 'mengusir' para pelaku Prostitusi tersebut. (erl/fra)
ADVERTISEMENT