Ada Kisah Kuda Pakualam VII di Balik Lomba Pacuan Kuda Paku Alam Cup

Konten Media Partner
21 Juni 2019 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jumpa pers di Pakualaman, Kamis (20/6) Foto: erl
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jumpa pers di Pakualaman, Kamis (20/6) Foto: erl
ADVERTISEMENT
Minggu (23/6/2019) mendatang, Paku Alam Cup, gelaran lomba pacuan kuda kembali di gelar di Lapangan Sultan Agung Bantul. Hajatan yang akan digelar hari Minggu besok merupakan lomba pacuan kuda yang ke 7 kalinya.
ADVERTISEMENT
Ketua Panitia, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Wijoyo Harimurti mengatakan kegiatan tersebut dalam rangka memperingati Hadeging Pakualam Ke 207. Kegiatan ini sudah menjadi agenda tahunan Pengda Pordasi DIY. Di mana setahun ada 3 kali lomba pacuan kuda masing-masing Bupati Cup, Paku Alam Cup dan Piala Raja.
Lomba pacuan kuda ini juga menjadi salah satu upaya dari masyarakat DIY untuk melestarikan hobi dari KGPA Pakualam VIII. Di mana KGPA Pakualam memiliki hobi naik kuda. Di mana setiap menjadi utusan olah raga karena anggota Komite Olahraga Internasional atau setiap datang ke event Olimpiade pasti tidak pernah lupa mampir di cabor berkuda.
"Ini kita melestarikan terus karena di dalam pengda Pordasi DIY ini pacuan kuda masuk dalam agenda dan disetujui oleh PP Pordasi,"tuturnya.
ADVERTISEMENT
Perwakilan Pakualaman, KPH Indro Kusumo menceritakan jika di Pura Pakualaman dulu ada 42 ekor kuda. Dan pada waktu zaman Jepang kuda-kuda tersebut dipinjam untuk patroli. Namun ketika patroli tersebut, oleh tentara Jepang dibawa ke Salatiga.
Ketika tentara Jepang berada di Salatiga itulah, mereka mengalami kesulitan makan. Kuda yang dibawa tersebut lantas dimakan dan dalam laporannya mereka mengatakan hanya memakan sedikit daging kuda.
"Tetapi karena ada kuda kesayangannya yang ikut dimakan maka membuat Paku Alam kecewa,"terangnya.
Setelah itu, sesuai kontrak dengan pasukan Inggris, Pakualaman boleh mempunyai liscio atau tentara perang. Tentara perang ini memiliki kavaleri dan satu arteri infanteri. Di mana di dalam pasukan infanteri dibekali dengan kuda untuk kendaraan pasukan ini.
ADVERTISEMENT
Dan untuk pasukan, Pakualam memberikan ruangan atau tempat khusus yang diberi nama Kazlahan. Setelah itu, di Yogyakarta juga ada kampung yang khusus digunakan untuk lomba lari kuda yaitu Kampung Balapan. Kondisi yang sama juga ada di Solo di mana Kampung Balapan justru terkenal dengan stasiunnya. (erl/nny)