ASN Kerja di Rumah, Sultan Khawatir Akan Hilangkan Sifat Manusiawinya

Konten Media Partner
15 Agustus 2019 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwana (HB) X, saat diwawancarai di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (15/8/2019). Foto: erl.
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwana (HB) X, saat diwawancarai di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (15/8/2019). Foto: erl.
ADVERTISEMENT
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, khawatir jika wacana Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) soal ASN bisa bekerja dari rumah benar-benar dilaksanakan maka akan menghilangkan sifat manusiawinya. Dan tentu hal tersebut juga akan berdampak pada rakyat Indonesia secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Sultan mengakui jika dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, memang pekerjaan kantor bisa dilakukan dari rumah. Hanya saja, sebelum hal tersebut benar-benar dilaksanakan maka perlu kajian yang sangat mendalam dan harus dipertimbangkan dengan matang baik dan buruknya.
"Kita hidup di era teknologi. Apapun bisa kita lakukan dari rumah, tinggal pencet selesai,"tutur Sultan di Kompleks Kepatihan, Kamis (15/8/2019).
Menurut Sultan, memang lebih mudah mengerjakan sesuatu dengan teknologi baik melalui ponsel, laptop dan jaringan internet. Namun jika dilakukan seperti itu, maka manusia akan dikuasai oleh teknologi. Dan dikhawatirkan akan menghilangkan sifat manusiawinya, terutama sebagai makhluk sosial.
"Sekarang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa ketemu, tanpa bersosialisasi secara langsung. Saya tidak tahu rakyat Indonesia akan lebih manusiawi atau lebih seperti robot. Saya tidak mengerti,"ujar Sultan.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Gatot Saptadi mempersilakan jika wacana Kemenpan RB tersebut diterapkan. Hanya saja memang diperlukan berbagai kesiapan, kesiapan kultur, kesiapan sarana prasarana. Jika bekerja dari rumah dalam artian komunikasinya dilaksanakan secara jarak jauh, Gatot menandaskan prinsipnya tidak ada masalah.
Menurut Gatot, khusus di Yogyakarta yang menjadi persoalan adalah bukan tehnologi, melainkan lebih ke kulturnya. Karena itu penerapan hal seperti itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dari perubahan ketemu fisik menjadi ketemu tidak secara fisik memang harus ditata.
"Yang perlu ditata adalah sarana prasarana harus. Di rumah harus punya peralatan yang memadai, listriknya gimana kan harus dievaluasi. Dan di Yogyakarta sangat memungkinkan diterapkan,"tambahnya.
Hanya saja, lanjut Gatot, budaya orang Yogyakarta yang lebih senang ketemu dibanding hanya melalui sambungan telepon memang masih mengemuka. Selain itu memang tidak semua pekerjaan dari ASN bisa dikerjakan di rumah. (erl/adn)
ADVERTISEMENT