Cerita Relawan PMI Bujuk Bocah 6 Tahun untuk Uji Swab

Konten Media Partner
11 Mei 2020 15:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
2 relawan PMI saat memberikan mainan pada bocah usia 6 tahun di Gunungkidul. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
2 relawan PMI saat memberikan mainan pada bocah usia 6 tahun di Gunungkidul. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
FH, bocah berusia 6 tahun asal Kecamatan Semanu terpaksa harus menjalani isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saptosari. Bocah ini terpaksa menjalani isolasi karena kontak erat dengan klaster Indogrosir.
ADVERTISEMENT
Ada hal yang mengharukan ketika relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Gunungkidul, menjemput bocah tersebut, Minggu (10/5/2020) kemarin. Para relawan harus sangat berhati-hati ketika membujuk bocah tersebut untuk bersedia ikut dengan mereka termasuk menjalani pengambilan swab di RSUD Wonosari.
Berbeda dengan pasien reaktif sebelumnya yang rerata orang dewasa yang bisa diberi pengertian dengan mudah, namun untuk menangani FH, relawan harus membujuknya dengan berbagai macam cara. Bahkan, para relawan harus 'menyogok' FH agar bersedia diambil swabnya.
Ketua PMI Gunungkidul, Iswandoyo menceritakan, Minggu siang kemarin, empat relawan PMI Gunungkidul tengah bertugas menjemput pasien reaktif untuk dilakukan uji swab dan dikarantina di RSUD Saptosari. Mereka menjemput salah satu anak yang masuk dalam kategori orang tanpa gejala yang reaktif rapid tes.
ADVERTISEMENT
"Anak tersebut salah satu warga Kecamatan Semanu. Ia masuk pada cluster penularan COVID-19 di Indogrosir Sleman Yogyakarta," ceritanya, Senin (11/5/2020).
Saat dijemput dengan petugas berpakaian lengkap, FH sempat ketakutan karena para relawan mengenakan baju Alat Pelindung Diri (APD) lengkap sehingga mirip dengan robot. Bocah yang belum duduk di bangku SD tersebut sempat enggan diambil sampel swabnya untuk pemeriksaan PCR.
Hingga akhirnya relawannya, Triawan berinisiatif untuk membelikan sejumlah mainan. Kendati, dikatakan Is, para relawannya kini tengah memiliki pemasukan pas-pasan. Para relawan rela merogoh kocek untuk menguatkan FH agar mau dites swab.
"Sempat nangis, ada empat relawan, Triawan Hahan, Danang dan Saiful yang merayu, tapi nangis ketakutan padahal orang yuanya juga ikut," ucap Iswandoyo, Senin (11/05/2020).
ADVERTISEMENT
Para relawan ini lantas membelikan dua macam mainan yaitu mobil-mobilan untuk diberikan ke anak tersebut. Setelah membujuknya bersama dengan kedua orangtuanya, akhirnya FH berhasil diantar ke RSUD Wonosari untuk diambil uji swabnya oleh pihak rumah sakit.
Ia mengaku, para relawan PMI kini hidup cukup minim. Di tengah tenaga yang dikuras lantaran harus merangkap menjadi penjemput dan melayani jenazah yang hendak dimakamkan dengan standar penanganan COVID-19. Kini hampir setiap hari ada kiriman jenazah dari luar daerah yang harus dimakamkan sesuai dengan Protap COVID-19.
"Dimana para relawan harus selalu siap untuk menjalankan tugas. Beruntung ada salah satu perawat RS swasta yang setiap hari mengecek kondisi kami," tutup dia.
Untuk keperluan logistik, setiap harinya relawan hanya mengandalkan para donatur untuk makan. Pasalnya dana operasional sudah habis mengingat bulan dana tahun ini dimulai Maret kemarin belum masuk, sementara bulan dana tahun sebelumnya sudah habis.
ADVERTISEMENT
Untuk menjalankan tugasnya, tidak sedikit bantuan sembako yang masuk. Bantuan sendiri berupa sembako yang setiap harinya juga dimasak para relawan di dapur umum PMI.