Dampak Corona: Bakpia di Yogyakarta Berhenti Produksi

Konten Media Partner
4 April 2020 15:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bakpia. Foto: Istimawa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bakpia. Foto: Istimawa
ADVERTISEMENT
Para perajin kuliner khas Yogyakarta, bakpia, di Kampung Patuk Kota Yogyakarta, ikut merasakan dampak wabah corona.
ADVERTISEMENT
"Sudah tiga pekan ini, kami semua tidak produksi lagi karena tidak ada pesanan dan pembeli," ujar Ketua Koperasi Sumekar Bakpia Patuk Yogyakarta, Sumiyati, Sabtu (4/4/2020).
Koperasi yang beranggotakan perajin yang mengelola 45 merek oleh-oleh bakpia itu, akhirnya sebagian memilih banting stir alih profesi sementara demi menyambung hidup. Ada yang jualan nasi, bahan herbal, masker, dan lainnya.
Sumiyati menambahkan saat ini produksi bakpia hanya dilakukan jika benar benar ada yang pesan saja. Tidak lagi memasok ke toko oleh oleh baik di dalam maupun luar Yogya lagi.
"Produksi paling hanya untuk kebutuhan orang di rumahan sekitaran Yogya, paling dua sampai lima dus saja. Pengiriman ke luar kota sudah stop," ujarnya.
Sumiyati menuturkan, para perajin di hari normal sebelum wabah COVID-19 mencuat awal Maret lalu, sehari bisa mengolah minimal 10-15 kilogram bahan. Namun saat ini dalam sepekan mengolah lima kilogram bahan saja bisa dikatakan sudah cukup bagus.
ADVERTISEMENT
Sumiyati menuturkan sempat tetap berupaya produksi hingga pertengahan Maret lalu. Atau sebelum Pemerintah DIY mengumumkan adanya temuan kasus positif pertama corona yang dirawat.
Namun akibatnya, setelah pertengahan Maret itu semua produksi jadi tak laku dan terjadi penumpukan bakpia lebih dari 100 dus.
"Jadi sekarang kami stop dulu produksi dulu saja," ujarnya.
Sumiyati mengatakan dalam prosesnya menjadi perajin bakpia selama kurun waktu 30 tahun terakhir, baru kali ini merasakan dampak sebenar benarnya.
Ia membandingkan saat dua bencana alam besar Yogya dulu yakni gempa bumi tahun 2006 dan erupsi Gunung Merapi 2010.
Saat gempa bumi 2006 silam, justru bisnis bakpia tetap hidup karena Yogya banyak disambangi orang luar kota yang ingin menengok kondisi keluarganya lalu saat hendak pulang mampir beli bakpia sebagai oleh oleh. Jadi pesanan bakpia saat itu juga lancar bahkan meningkat.
ADVERTISEMENT
Beda dengan saat bencana wabah ini. Menurutnya kecil sekali celah untuk memungkinkan perajin produksi. Karena yang dihantam sektor pariwisata yang mengakibatkan orang tak berani keluar rumah.
Konsep penjualan secara online pun menurutnya juga susah di masa ini untuk bisnis oleh oleh walau cara itu sudah dirintis sebagian besar perajin.
Industri kuliner bakpia hanya segelintir usaha mikro kecil menengah di Yogya. Masih banyak ribuan usaha mikro di Yogya yang terimbas wabah ini dan tengah berjuang menghidupi diri. (atx)