Dihantam Pandemi dan Larangan Mudik, Penjualan Ketupat di Gunungkidul Turun

Konten Media Partner
12 Mei 2021 13:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjualan ketupat di Wonosari, Gunungkidul. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Penjualan ketupat di Wonosari, Gunungkidul. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Turunnya jumlah pemudik pada libur lebaran kali ini juga mengakibatkan minimnya penjualan kulit ketupat tahun ini. Menu Ketupat nampaknya juga bukan lagi menjadi makanan wajib masyarakat saat Hari Raya Idul Fitri pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sepinya penjualan selongsong kupat tersebut diungkapkan hampir semua pembuatnya. Omzet merekapun mengalami penurunan yang cukup drastis dibanding dengan libur lebaran tahun-tahun sebelumnya.
Seperti di Kota Wonosari, Gunungkidul misalnya. Belasan pedagang kulit ketupat banyak dijumpai di seputaran pasar argosari dan juga alun-alun Wonosari. Mereka berjejer di pinggir Jalan Brigjen Katamso, Kalurahan Kepek. Sembari menunggu pembeli, mereka duduk membuat kulit ketupat tersebut.
Roni, penjual kulit ketupat asal kapanewonan Wonosari ini mengaku telah menggelar dagangannya selama tiga hari terakhir. Di lebaran tahun-tahun sebelumnya kulit ketupat yang mereka buat selalu ludes jual meskipun hari masih pagi.
Namun kali ini meskipun sudah menggelar dagangannya sejak pukul 07.00 WIB pagi namun hingga pukul jam 10.00 WIB siang ketupat buatannya juga belum laku semua. Bahkan Roni mengaku sudah menurunkan harga jual ketupat dari tahun-tahun sebelumnya namun juga masih sepi pembeli.
ADVERTISEMENT
"Biasanya, saya menjual kulit ketupat seharga Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu seikat, berisi 10 kulit ketupat," paparnya, Rabu (12/5/2021).
Namun kali ini, mereka memilih menjual dengan harga lebih murah yaitu hanya Rp 10 ribu per ikat. Meski harganya diturunkan, ia tetap yakin bisa mendapat untung dari penjualan kulit ketupat itu karena janur dari daun kelapa muda hanya ia ambil dari kebunnya sendiri.
Adapun bahan kulit ketupat mereka ambil sendiri dari kebun di tempat tinggal mereka. Jika tidak, mereka akan membeli seharga Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu untuk satu dahan daun kelapa. satu dahan tersebut bisa dibuat sebanyak 50 kulit ketupat. Biasanya, penjualan dilakukan dua hari menjelang Idul Fitri, seperti hari ini.
ADVERTISEMENT
"Biasanya hanya berjualan dua hari, jadi paling cuma sampai hari ini," katanya.
Waluyo, penjual kulit ketupat asal Patuk yang berdagang di dekat pasar Piyungan menyebut pembelian kulit ketupat kali ini turun dibanding tahun sebelumnya. Jika biasanya sekitar pukul 09.00 WIB sudah habis terjual, kini masih tersisa belasan ikat kulit ketupat.
Menurut Waluyo turunnya pembeli kulit ketupat tahun ini masih dipengaruhi oleh situasi pandemi COVID-19. Kebijakan larangan mudik rupanya ikut berpengaruh karena biasanya yang membeli selongsong ketupat produksinya adalah para pemudik.
"Biasanya kan para pemudik bersama keluarganya habis sholat ied terus makan besar ketupat opor ayam. Lha ini yang mudik tidak ada," terangnya.
Harmini, warga Kapanewonan Patuk Gunungkidul ini mengaku lebaran kali ini ia tidak akan memasak ketupat. Karena keluarganya dari luar daerah tidak ada yang pulang. Sehingga lebaran tahun ini tidak ada acara makan besar, hanya makan biasa.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau masak ketupat siapa yang makan,"ujarnya.