Dinas Kesehatan: Nyamuk di Gunungkidul Mulai Kebal Fogging

Konten Media Partner
17 Februari 2020 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, saat dikunjungi di kantornya. Foto: Erfanto
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, saat dikunjungi di kantornya. Foto: Erfanto
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul mewaspadai siklus 4 tahunan penyakit Demam Berdarah yang terjadi di wilayah ini. Upaya preventif harus dilakukan semua pihak dan juga dilakukan masyarakat. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M plus harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, menuturkan gerakan menguras, menutup dan mengubur barang bekas terutama yang berbentuk cekung ditambah dengan abatisasi, memelihara ikan kecil agar bisa memakan jentik nyamuk, pemeriksaan jentik secara berkala harus dilakukan. Karena yang efektif mencegah penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan PSN.
"Kita berupaya menekan sumbernya. Karena lebih baik mencegah dari pada mengobati,"ujarnya, Senin (17/2/2020) di kantornya.
Namun ia mengakui jika hal yang masih mengganggu saat ini adalah image masyarakat yang selalu mengharapkan fogging ketika ada penderita demam berdarah di wilayah mereka. Padahal fogging adalah pilihan terakhir karena memiliki dampak buruk bagi lingkungan.
Selama ini masyarakat masih banyak menganggap fogging cara ampuh memberantas nyamuk. Sehingga ketika ada kasus demam berdarah di wilayah mereka, warga selalu berharap ada fogging.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat masih banyak yang menganggap fogging jalan terbaik. Padahal enggak. Itu cuma tiga hari, itu seperti menyemprotkan obat nyamuk,"terangnya.
Dampak lain yang ditimbulkan dari fogging adalah nyamuk Aedest aegepty menjadi lebih tahan ketika dilakukan fogging. Sebelumnya Dinas Kesehatan menggunakan obat malation untuk fogginng namun ternyata sudah kebal.
Kemudian berinisiatif mengganti obat fogging dengan obat supermetrik dan kini sudah ada nyamuk yang mulai kebal lagi. Sehingga saat ini pihaknya sudah memakai obat Alfasupermetri yang dosisnya paling tinggi.
"Itu menunjukkan kalau nyamuk mulai kebal terhadap fogging," ungkapnya.
Ia menambahkan Dinas Kesehatan memang mewaspadai siklus empat tahunan penyakit ini. Sebab pihaknya mencatat setelah sempat menyentuh angka 1.154 penderita di tahun 2016, 228 penderita di tahun 2017, 124 kasus di tahun 2018 dan akhirnya naik di tahun 2019 karena mencapai 576 kasus demam berdarah.
ADVERTISEMENT
Dewi mengatakan, angka 576 kasus demam berdarah di wilayah ini tergolong sudah tinggi. Dan tahun 2020 ini pihaknya memperkirakan jumlah penderita DBD akan mengalami naik namun berapa prosen kenaikannya, Dewi mengaku sulit untuk memprediksinya.
"Kita prediksi naik tetapi harapannya tidak melambung,"tutur Dewi.
Tanda-tanda adanya kenaikan penderita Demam Berdarah tersebut sudah terlihat mulai awal tahun ini. Di mana bulan Januari kemarin Dinas Kesehatan mencatat jumlah penderita penyakit Demam Berdarah di Gunungkidul mencapai 139 kasus dan di bulan Februari ada 33 orang. Tahun lalu, jumlah fatalitas sebenarnya hanya 1 orang dan tahun ini juga 1 orang.
Oleh karenanya, pihaknya mewaspadai siklus 4 tahun Demam Berdarah. Di mana akan ada kenaikan penderita di tahun keempat. Meskipun sejatinya siklus 4 tahun ataupun 5 tahun Demam Berdarah ini sudah tidak berlaku lagi karena sulit untuk diprediksi. Terlebih kondisi alam sekarang ini sudah tidak menentu lagi sehingga sulit diprediksi.
ADVERTISEMENT