Dinding Kawah Merapi Rapuh dan Rawan Runtuh

Konten Media Partner
6 Juni 2018 12:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Letusan freatik yang terjadi dalam sebulan terakhir dikhawatirkan bisa mengganggu kondisi dinding lava di puncak Merapi. Meskipun energi letusan tidak terlalu besar seperti letusan tahun 2010 dan 2006 yang lalu, tetapi aktivitas magmatik di dalam gunung bisa mengakibatkan dinding kubah lava terpengaruh dan bisa saja mengarah runtuh.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengaku jika saat ini dinding 48 rapuh dan kemungkinan mengarah ke runtuh. Runtuhan tersebut mengarah ke bukaan (pembukaan) kawah yang menandakan akan terjadinya erupsi. Erupsi yang terjadi berikutnya adalah Efusif bukan Eksplosif.
"Letusan Efusif dengan kerapuhan dinding kawah tersebut menandakan letusannya akan mengarah ke Kali Gendol dan kemungkinan ke barat atau barat laut. Dan ini kami koordinasikan terus dengan BPBD (Badan penanggulangan Bencana Daerah)," tuturnya.
Hanik menyebutkan, untuk yang masuk mengarah ke wilayah DIY memang statusnya akan terus diupdate karena melihat kemungkinan dinding 97 juga ambrol. Mengingat dinding ini sangat rapuh akibat paparan sangat tinggi. Hal tersebut terlihat di area I (rawa 97) suhunya bersaing dengan area II.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santosa, mengatakan kemungkinan dinding kawah runtuh memang menjadi konsen semua stakheholder yang ada. Karena runtuhnya dinding kawah tersebut akan dimasukkan ke dalam skenario sebagai dasar rencana konsigensi penanganan bencana di seputaran puncak Gunung Merapi.
Agus menyebut, saat ini, kondisi dinding yang rapuh tersebut sudah menjadi dasar dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah terutama di tiga kabupaten di seputaran Puncak Merapi. Di mana pemerintah setempat sudah menyesuaikan rencana konsigensi penanganan masyarakat sekitar Merapi jika nanti terjadi letusan.
"Untuk Sleman saya tidak tahu apakah sudah menyesuaikan hal tersebut apa belum. Tetapi ini terus kami koordinasikan," tuturnya.
Agus menyebutkan, saat ini pihaknya terus melakukan pemantauan aktifitas dinding kawah. Pengamatan tersebut mereka lakukan dengan menggunakan pemantauan kamera resolusi cukup tinggi. Di samping itu, pihaknya juga melakukan analisa morfologi (bentuk gunung) setiap saat.
ADVERTISEMENT
Sebab, melalui alat khusus, bentuk gunung akan terlihat berbeda ketika akan terjadi letusan. Pihaknya juga mencoba melakukan pemantauan dengan drone sehingga secara 3 dimensi perubahan morfologi bisa dilihhat langsung. Dengan berbagai pemantauan tersebut, pihaknya bisa melakukan warning sejak dini terhadap masyarkat sekitar jika terjadi letusan.
"Tetapi energi freatik tidak cukup membuat runtuh dinding lava, tetapi dari getaran bisa mengganggu kestabilan juga bisa mengakibatkan dinding runtuh," terangnya. (erl)