Indikator BPS untuk Angka Kemiskinan Tidak Pas dengan Kultur di Jogja

Konten Media Partner
31 Juli 2019 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Daerah DIY, Gatot Saptadi. Foto: Dok. Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Daerah DIY, Gatot Saptadi. Foto: Dok. Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Anomali antara angka kemiskinan dengan tingkat kebahagiaan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menjadi perdebatan berbagai kalangan. Sebab angka kemiskinan di DIY yang terjadi tahun ini lebih tinggi dibanding dengan angka rata-rata kemiskinan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Gatot Saptadi mengungkapkan saat ini pemerintah DIY tengah intensif berkomunikasi dengan pihak Badan Pusat Statistik (BPS). Apakah cocok metode perhitungan angka kemiskinan yang diterapkan BPS untuk kultur Yogyakarta. Sebab BPS hanya melihat angka kemiskinan berdasarkan dari sudut pandang konsumsi semata, yaitu konsumsi dengan standar tertentu.
Padahal kenyataannya, warga Yogyakarta mungkin makan rela hanya satu kali asalkan ternak mereka bisa hidup berkecukupan. BPS mematok tingkat konsumsi di DIY di angka seputaran Rp 400 ribuan.
"Warga Jogja itu lebih seneng sapinya sehat, gemuk dan lain sebagainya. Ini kultur,"ujarnya, Rabu (31/7/2019).
"Apalagi kalau kemiskinan dihitung dari aset, DIY mungkin paling rendah. Contoh di Gunungkidul, gubuknya reot makan mungkin sehari sekali apa adanya tetapi mereka memiliki ratusan pohon jati di lahan. Biasanya kalau butuh, warga baru menebangnya. Untuk biaya sekolah, mereka menebang beberapa pohon saja. Dan ini kultur,"terangnya.
ADVERTISEMENT
"Anomali ini yang selalu kami diskusikan dengan BPS. Apakah cocok indikator kemiskinan dari BPS untuk kultur DIY,"tambahnya
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di D.I. Yogyakarta pada Maret 2019 mencapai 448,47 ribu orang atau 11,70 persen terhadap total penduduknya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.780 orang dibandingkan dengan kondisi September 2018, yang jumlahnya mencapai 450,25 ribu orang.
Data BPS DIY menyebutkan D.I. Yogyakarta penduduk miskin paling banyak terdapat di daerah perkotaan. Pada Maret 2019, jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan D.I. Yogyakarta tercatat sebanyak 304,66 ribu orang atau lebih dua kali lipat jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan yang banyaknya 143,81 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Kepala BPS DIY, JB Priyono menyebutkan meskipun indikator seperti kemiskinan dan ketimpangan yang ada di DIY relatif tinggi namun indikator lain seperti indeks kebahagiaan maupun indeks pembangunan manusia yakni pemudany selalu lebih unggul dibanding daerah lain.
"Ini kontras karena angka kemiskinan tinggi tetapi kebahagiaan tinggi. Angka harapan hidup juga tinggi,"ujarnya.(erl/adn)
Foto: adv