Kabar Jogja: Jadi Pengusaha Wastafel Usai Di-PHK hingga Mahasiswa Kesurupan

Konten Media Partner
19 Juni 2020 8:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah seorang pemuda sedang mengerjakan wastafel portable. Foto: atx.
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang pemuda sedang mengerjakan wastafel portable. Foto: atx.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 berdampak pada sejumlah karyawan di-PHK oleh perusahaan. Tak sedikit warga Yogyakarta yang mengalami hal tersebut. Namun, seorang pemuda dari Sleman yang satu ini kini sukses menjadi pengusaha wastafel usai di-PHK. Bahkan ia menggandeng rekan satu dusunnya untuk ikut bekerja.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, seorang mahasiswa yang baru pulang dari luar kota mengalami kesurupan ketika baru tiba di kosnya yang sudah tiga bulan sempat tak berpenghuni.
Inilah rangkuman berita yang mungkin Anda lewatkan kemarin.
1. Biaya Perawatan OTG COVID-19 di Yogyakarta Tak Dapat Diklaim
Selama ini Rumah Sakit (RS) Jogja sebagai rumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemkot) merawat 5 pasien positif COVID-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG), dengan rincian 2 orang sudah sembuh dan 3 pasien masih dirawat, di samping itu ada beberapa pasien OTG yang dirawat di RS swasta. Pasien OTG saat ini ada yang masih dirawat sampai dengan 2 bulan lebih dengan tanpa gejala apapun dan beberapa kali dites swab hasilnya tetap positif.
ADVERTISEMENT
Muhammad Ali Fahmi, anggota Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, menyatakan rapid tes yang dilakukan Pemkot sebanyak 1.948 meliputi pasar, mal, pengunjung pusat perbelanjaan, klaster pedagang ikan dan lainnya dengan hasil 5 orang di antaranya positif COVID-19 dengan status OTG.
"Biaya perawatan terhadap 5 pasien OTG di RS Jogja pada saat ini sudah mencapai Rp 73,4 juta yang meliputi biaya: laboratorium, tes swab, perawatan dan dokter akan tetapi tidak dapat diklaim ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) padahal statusnya juga positif COVID-19," katanya, Kamis (18/6/2020).
2. Baru Pulang dari Luar Kota, Seorang Mahasiswa Indekos di Jogja Kesurupan
Sebuah unggahan oleh akun Twitter @ukmpengamatan yang merekam jeritan seorang perempuan mendadak ramai. Dalam video berdurasi 11 detik itu memperlihatkan suara jeritan perempuan yang kesurupan terdengar dari luar sebuah indekos yang ada di wilayah Janturan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kejadian yang diterima dari Karangtaruna Janturan, mahasiswa penghuni indekos tersebut sebelumnya pulang ke kampung halamannya. Ia baru kembali setelah 3 bulan pergi.
"Jadi ceritanya itu kemarin si mbak yang kesurupan itu mau pulang ke kosan dari luar kota. Awalnya gak langsung ke kosan, tapi sempet ke hotel di daerah Concat (Condongcatur) dulu. Karena gak cocok sama suasana hotelnya, mungkin karena diganggu. Trus balik ke kosan, nah pas di kosan malah terjadi kesurupan itu," lanjutnya.
3. Di-PHK karena COVID-19, Pemuda di Sleman Sukses Jadi Pengusaha Wastafel
Pandemi virus corona membuat sekelompok anak muda di Dusun Paten, Tridadi, Kabupaten Sleman harus menelan pil pahit, lantaran di-PHK dari tempatnya bekerja. Para pemuda ini ada yang bekerja di restoran, hotel hingga jasa sablon kaos.
ADVERTISEMENT
Tidak mau patah semangat dalam berusaha terus menyambung hidup, para pemuda ini akhirnya membuat wastafel portabel untuk cuci tangan dengan model pedal kaki. Inisiasi ide membuat wastafel portabel ini lahir dari seorang bernama Nurul Amin Iskandar, yang kemudian mengajak para pemuda di Dusun Paten.
Dari satu unit wastafel portabel buatan pemuda Dusun Paten ini dihargai dari Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. Amin menjabarkan bahwa saat ini banyak pemesan wastafel portabel berasal dari institusi pemerintahan maupun dari universitas di Yogyakarta.
4. Terdampak Pandemi COVID-19, Perajin Perak di Gunungkidul Tak Dapat Bantuan
Para perajin perak, kuningan, dan tembaga Filigry di Padukuhan Lemahbang Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul menjerit. Di tengah usaha yang telah ada sejak puluhan tahun ini terancam bubar akibat pandemi COVID-19, mereka tidak mendapatkan bantuan sedikit pun dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Suyari mengakui, sejak pandemi coronavirus melanda dunia, permintaan kerajinan yang mereka hasilkan terus mengalami penurunan. Pandemi COVID-19 ini mengakibatkan jumlah wisatawan juga anjlok dan tentu berimbas pada permintaan produk mereka.
Meskipun mereka terpuruk ternyata belum ada bantuan dari pemerintah. Padahal yang ia tahu, pemerintah menjanjikan para pelaku Usaha Kecil Mikro akan mendapatkan bantuan kompensasi dampak COVID-19. Ternyata bantuan yang dijanjikan belum pernah mereka terima.
5. Sediakan 110 Alat RDT, Hanya 11 Pedagang Pasar Argosari yang Ikuti Rapid Test
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul kembali menggelar rapid test untuk pedagang Pasar Argosari Wonosari. Rapid test kali ini merupakan gelombang kedua yang di selenggarakan oleh Dinas Kesehatan setempat menyusul berkembangnya klaster 2 pedagang ikan asal Kecamatan Karangmojo.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawaty menuturkan pada rapid test kedua yang digelar hari Kamis (18/6/2020) kali ini pesertanya memang cukup sedikit karena hanya 11 orang. Padahal dalam rapid test yang diselenggarakan di lantai 2 pasar Argosari Wonosari tersebut pihaknya menyediakan 110 alat rapid test.
"Pesertanya hanya 11 orang. Memang perlu rayuan yang tenanan (sungguh-sungguh) agar semua ikut rapid test," ujar Dewi, Kamis (18/6/2020).