Kata Sultan soal Kasus Intoleransi DIY Temuan Setara Institute

Konten Media Partner
25 November 2019 15:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat memberikan sambutan di Hari Ulang Tahun PGRI Ke-74 di GOR Amongrogo, Senin (25/11). Foto: atx
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat memberikan sambutan di Hari Ulang Tahun PGRI Ke-74 di GOR Amongrogo, Senin (25/11). Foto: atx
ADVERTISEMENT
Organisasi Setara Institute mencatat telah terjadi peningkatan jumlah kasus intoleransi signifikan di Yogyakarta selama lima tahun terakhir. Yogyakarta juga kini masuk menjadi 10 daerah dengan jumlah kasus pelanggaran kebebasan berkeyakinan maupun beribadah tertinggi di tanah air lima tahun belakangan ini.
ADVERTISEMENT
“Ya mungkin saja (Jogja jadi daerah dengan intoleransi tertinggi), tapi saya belum tahu persis,” ujar Sultan Hamengku Buwono X di sela peringatan Hari Guru di Yogyakarta Senin 25 November 2019.
Sultan Yogyakarta itu menuturkan belum mengetahui apa saja dasar yang dipakai organisasi Setara mengukur tingkat intoleransi di DIY itu. Yang jelas, ujar Sultan, pihaknya sendiri selaku pemerintah terus menurunkan beban kasus intoleransi itu.
“Sebenarnya perkembangan (kasus intoleransi) itu terus terjadi, sekarang alasannya (kedok intoleransi) kearifan lokal,” ujar Sultan.
“Jadi (sasaran intoleransi) itu sedang berganti motif atau isu,” Sultan menambahkan.
Sultan mengatakan bahwa sebenarnya dari sejumlah kasus yangterjadi pihaknya telah mencoba menangani.
“Dan kami juga sering keras pada hal hal yang kurang berkenan, yang masjid Agung (Kauman) pun Keraton tak akan izinkan untuk kepentingan yang lain,” ujar Sultan.
ADVERTISEMENT
Sultan HB X mengaku tak tahu persis mengapa kasus-kasus yang terjadi belakangan seringkali terjadi di Bantul. “Saya nggak tahu apa sebabnya, ya mungkin memang domisilinya di situ,” ujar Sultan,
(ATX)