Keluh Kesah Dosen saat Bimbing Mahasiswa Skripsi

Konten Media Partner
21 Agustus 2020 20:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengerjakan skripsi. Foto: CoWomen/unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengerjakan skripsi. Foto: CoWomen/unsplash
ADVERTISEMENT
Tampaknya drama dinamika antara mahasiswa dengan dosen pembimbing (Dosbing) skripsi menjadi topik abadi bagi dunia perkuliahan. Hal tersebut menjadi topik yang kembali menjadi perbincangan pada netizen di Twitter khususnya para kaum Mahasiswa tingkat akhir yang sedang menjalani proses penyelesaian tugas akhir tersebut.
ADVERTISEMENT
Topik tersebut juga akhirnya menjadi trending di media sosial setelah pemilik akun Twitter @collegemenfess mengunggah tangkapan layar percakapan via WhatsApp antara seorang mahasiswa dengan dosen pembimbingnya. Unggahan itu pun langsung viral, di-likes puluhan ribu kali.
Warganet pun banyak yang merespons cuitan itu dengan menceritakan pengalamannya saat bimbingan skripsi. Ada yang memiliki penngalaman tak mengenakkan ada pula yang jalannya lanca-lancar saja.
Vita N.P. Astuti, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta, menceritakan dinamika membimbing mahasiswa tingkat akhir. Saat ini, ia membimbing 25 mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi.
Informasi selengkapnya klik di sini.
Vita Astuti mengatakan terdapat beberapa hal yang tidak disenangi dosen ketika sedang membimbing mahasiswa. Terdapat tiga sikap Mahasiswa yang pada akhirnya membuat Ia tidak senang atas perilakunya tersebut.
Informasi selengkapnya klik di sini.
“Ada tiga yang akhirnya buat aku tidak senang terhadap Mahasiswa bimbinganku, tidak mandiri, tidak ikut aturan, mengulangi kesalahan yang sama," ungkapnya, Jumat (21/08/2020).
ADVERTISEMENT
Vita menjelaskan secara lanjut bahwa ketidakmandirian yang dimaksud adalah mahasiswa sangat senang bertanya hal-hal kecil. Hal-hal yang bisa ditanyakan orang lain atau orang yang tepat seharusnya tidak perlu ditanyakan ke dosen pembimbing.
“Saya senang kalau mahasiswa membaca, browsing dulu sebelum bertanya ke dosen. Sumber sudah banyak, termasuk google, teman dan kakak tingkat. Bertanyalah bila sudah bingung atau malah tidak tahu apa-apa, walaupun sudah mencari tahu sampai mentok.” tutur Vita.
Kemudian Vita juga menuturkan ketika banyak juga sikap mahasiswanya yang tidak tahu aturan. Aturan-aturan mengenai skripsi sebetulnya juga sudah tercantum pada buku pedoman skripsi. Ia sangat tidak senang ketika Mahasiswanya justru mengirimkan hasil revisinya terlalu mendesak yang tidak sesuai jadwal bimbingan.
ADVERTISEMENT
“Margin, format daftar pustaka sudah ada, seharusnya hal-hal dasar demikian tidak dilanggar, termasuk aturan mengirim tulisan. Biasanya saya selalu beri jadwal tertentu untuk bimbingan. Kadang mahasiswa menjebak dosen dengan mengirim revisi mepet, lalu dosen disalahkan kalau tidak mau baca," katanya.
Dalam hal lainnya, Vita juga merasa kesal saat mahasiswa yang menyerahkan hasil revisi skripsinya, masih ada saja ditemukan pengulangan kesalahan yang sama atau tidak teliti.
Padahal ia telah meminta untuk memeriksa kesalahan yang sama pada bagian-bagian lain di dalam skripsi secara mandiri. Misalnya seperti penggunaan tata bahasa, kalimat atau kata typo, format kutipan teori, konten, serta metodenya.
“Padahal saya sudah memberi masukan bahwa diminta ganti atau revisi tapi tetap ketika mengembalikan revisi ditemukan kesalahan yang sama di tempat lain, jadi yang diganti hanya yang ditunjukkan oleh saya saja, ini membuat pembimbingan hanya pada revisi kesalahan yang sama yang telah lalu, nggak maju-maju tulisannya jadinya.” tutupnya. (Ignatio Yoga Permana)
ADVERTISEMENT