Kemenperin: Libatkan Milenial untuk Kembangkan Potensi Kerajinan Batik

Konten Media Partner
8 Oktober 2019 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Puslitbang Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Sony Sulaksono, saat memberikan sambutan di forum Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SINBK) bertema 'Inovasi Teknologi Kerajinan dan Batik Menuju Revolusi Industri 4.0', Selasa (8/10/2019). Foto: atx.
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Puslitbang Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Sony Sulaksono, saat memberikan sambutan di forum Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SINBK) bertema 'Inovasi Teknologi Kerajinan dan Batik Menuju Revolusi Industri 4.0', Selasa (8/10/2019). Foto: atx.
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian menyatakan sebagai salah satu upaya mengembangkan potensi kerajinan dan batik penting adanya pelibatan generasi yang lekat dengan perkembangan dunia digital yakni generasi milenial.
ADVERTISEMENT
Kepala Puslitbang Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Sony Sulaksono, mengatakan pelibatan generasi milenial ini pun jangan hanya berpacu pada sektor pasar saja melainkan juga pada sektor produksi.
"Proses nyanting dan tahapan lainnya ini kan skill yang perlu diasah dan butuh waktu lama, generasi milenial ini menjadi penting, mereka punya konsep baru, mereka bisa menuangkan ide dan kreasinya yang dekat dengan milenial," katanya kepada awak media usai membuka forum Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SINBK) bertema 'Inovasi Teknologi Kerajinan dan Batik Menuju Revolusi Industri 4.0' yang digelar Balai Besar Kerajinan dan Batik di Yogyakarta, Selasa (8/10/2019).
Sony mengatakan nilai-nilai yang disyaratkan dalam proses batik ini harus tetap dijaga sehingga esensi dari batik ini akan tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
"Apalagi SNI kan juga salah satu syaratnya dalam batik itu ada nyanting dan malam, nilai-nilainya harus tetap dijaga," tandasnya.
Pihaknya berharap kerajinan dan batik ini siap menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan kedekatan milenial dan memanfaatkan teknologi sebagai alat.
"Diharapkan juga selain menjaga motif yang sudah ada, milenial ini bisa menghadirkan motif yang lebih kekinian seperti motif robot atau apa saja yang dekat dengan perkembangan zaman," ujarnya.
Sony menambahkan, pada tahun 2018 Kementerian Perindustrian telah menyusun inisiatif bernama 'Making Indonesia 4.0'. Ini merupakan sebuah roadmap (peta jalan) yang nantinya akan terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam memasuki era industri 4.0.
Inisiatif Making Indonesia 4.0 ini, terang Sony, memberikan potensi besar untuk melipatgandakan produktifitas tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan daya saing global dan mengangkat pangsa pasar ekspor global.
ADVERTISEMENT
"Kita harapkan, ekspor yang lebih tinggi akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, sehingga konsumsi domestik menjadi lebih kuat dan Indonesia dapat menjadi salah satu dari 10 besar ekonomi dunia," ujarnya.
Sony tak menampik permasalahan ke depan akan semakin kompleks terlebih kerajinan dan batik merupakan produk budaya. Perlu sebuah kesadaran dan upaya lebih dini untuk mulai beradaptasi menghadapi revolusi industri 4.0.
"UNESCO telah menganugerahkan batik sebagai warisan budaya. Ini perlu dipertahankan agar tidak diklaim sebagai warisan bangsa lain," ujarnya.
Menurut Sony, tantangan saat ini memang semakin besar. Maraknya batik murah dari negara lain. Perlu upaya regenerasi pembatik karena skill ini rumit dan butuh ketelatenan, butuh kompetensi khusus, apalagi pertumbuhan era teknologi 4.0 bergerak cepat dan akan mendisrupsi dunia usaha termasuk cara berelasi bahkan cara perajin produksi.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik, Purwati Widowati, menjelaskan perubahan era revolusi industri keempat ini ditandai dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara penuh.
Baik dari segi proses produksi maupun seluruh rantai industri. Hal ini mengakibatkan lahirnya model bisnis baru dengan basis digital untuk mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.
Dalam masyarakat telah lahir generasi yang sudah mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan yang disebut generasi milenial.
"Untuk mempertahankan industri kerajinan dan batik di masa yang akan datang, generasi milenial perlu dirangkul sebagai konsumen potensial produk kerajinan dan batik. Akan tetapi perlu pendekatan yang berbeda dengan generasi sebelumnya," katanya dalam kesempatan itu.
ADVERTISEMENT
Untuk menyikapi tantangan dan dinamika tersebut, lanjut Purwati, perlu langkah kolaboratif dengan melibatkan beberapa stakeholder. Baik pemerintahan, asosiasi, pelaku industri hingga akademisi. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan adalah melalui seminar ini.
"Tujuannya untuk menyatukan gagasan dan pemikiran dari kalangan industri, pemerintah, perguruan tinggi, atau kalangan profesional dalam bidang kerajinan dan batik mengenai inovasi yang dapat dilakukan untuk memperkuat industri kerajinan dan batik khususnya menyongsong revolusi industri 4.0," tambah Purwati.
Selain itu, Iewat forum ini juga diharapkan mampu memberikan sebuah wacana berbagai macam teknologi digital dalam hal ini adalah Internet of Things sebagai hal besar selanjutnya yang terkait dengan peluang, tantantan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan yang akan datang.
ADVERTISEMENT
"Kita juga berharap mampu menjadi jembatan sinergi dari berbagai pihak untuk kemajuan industri kerajinan dan batik," tandasnya. (atx/adn)