Kenalkan Wisata Kotagede Lewat Keroncong

Konten Media Partner
20 Oktober 2019 6:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Singgih Rahajo, Kepala Dinas Pariwisata DIY, saat sambutannya pada Pasar Keroncong Kotagede 2019 di Kotagede, Sabtu (19/10/2019). Foto: Dionysius
zoom-in-whitePerbesar
Singgih Rahajo, Kepala Dinas Pariwisata DIY, saat sambutannya pada Pasar Keroncong Kotagede 2019 di Kotagede, Sabtu (19/10/2019). Foto: Dionysius
ADVERTISEMENT
Jika berbicara mengenai pariwisata yang ada di Yogyakarta, nama Kotagede tidak bisa dilupakan begitu saja. Daerah yang dahulu lokasi Kerajaan Mataram Islam itu terkenal dengan kerajinan perak dan gang-gang beserta rumah joglonya yang menarik minat banyak orang untuk mengambil gambar di sana. Bahkan baru-baru ini Kotagede mewakili Indonesia masuk dalam daftar 13 kota kecil terindah di Asia versi salah satu media internasional.
ADVERTISEMENT
Namun tidak banyak yang tahu jika Kotagede mempunyai keunikan lain, terutama dari sisi budaya. Daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul itu merupakan pusat sekaligus cikal bakal seni musik keroncong di Yogyakarta.
"Kotagede dengan keunikannya tersendiri menjadi sebuah daya tarik untuk menjadi destinasi wisata yang lebih baik. Dengan modal dasar keunikan itu, hadirnya acara keroncong seperti ini sangat pas jika rutin diselenggarakan," tutur Singgih Rahajo, Kepala Dinas Pariwisata DIY, dalam sambutannya pada Pasar Keroncong Kotagede 2019 di Kotagede, Sabtu (19/10/2019) malam.
Singgih mempunyai harapan ada evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan acara tersebut karena jangan sampai di setiap penyelenggaraanya monoton begitu saja. Menurutnya, harus ada peningkatan dari tahun ke tahun sehingga membuat keroncong kembali mampu menjadi salah satu daya tarik Kotagede.
ADVERTISEMENT
"Sehingga semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke sini, bisa karena perak, lorong-lorong, atau sisi sejarahnya. Apalagi ditunjang oleh aktivitas yang menampilkan genre musik keroncong yang melegenda, ini yang harus terus dikembangkan," ujar Singgih.
Dia akan mengundang komunitas-komunitas keroncong untuk duduk bersama dengan pihaknya untuk mengemas sebuah kegiatan yang lebih menarik lagi. Pria berkacamata itu memberi contoh suatu konsep acara, yaitu mengurangi jumlah panggung dari tiga menjadi satu saja. Namun pengurangan itu dikompensasi dengan menambah durasi waktu acara, tidak hanya satu malam. (Dionysius)