KPAI Terima Aduan dari Siswa soal Belajar Online di Tengah Wabah Corona

Konten Media Partner
19 Maret 2020 16:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak belajar menggunakan laptop. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belajar menggunakan laptop. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mewabahnya virus Corona (covid-19) membuat sejumlah sekolah neniadakan KBM (kegiatan belajar mengajar) secara tatap muka. Sebagai gantinya sistem pembelajaran diubah menjadi sistem online. Rupanya hingga Kamis (19/3/2020) KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menerima sejumlah aduan berkenaan dengan sistem pembelajaran online tersebut.
ADVERTISEMENT
Tercatat sudah ada 51 aduan yang diterima oleh KPAI dari berbagai daerah dan juga jenjang pendidikan. Kebanyakan mengeluhkan mengenai penugasan dari guru yang dirasa memberatkan bagi siswa.
"Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sudah menerima 51 pengaduan sejumlah siswa dari berbagai daerah yang mengeluhkan beratnya penugasan dari para guru yang harus dikerjakan dengan deadline yang sempit, padahal banyak tugas yang harus dikerjakan segera juga dari guru mata pelajaran yang lain. 'Kami kelelahan dan tertekan,' demikian isi keluhan anak-anak pengadu," tulis Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang pada Kamis (19/3/2020).
Retno memaparkan beberapa aduan dari tugas yang dirasa tak masuk akal seperti salah satu pengadu asal Jakarta yang diminta membuat film pendek dengan waktu dan hal yang terbatas padahal siswa tersebut masih memiliki tigas lain yang juga harus diselesaikan. Tak hanya persoalan tugas tak masuk akal, ada pula siswa yang mengeluh karena permasalahan kuota, selain itu siswa lainnya juga mengabaikan jam makan karena hanya teforkus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
ADVERTISEMENT
Menyikapi hal itu, Komisioner KPAI mengkritisi sistem home learning tersebut. Beberapa hal yang disorot adalah beban tugas yang diberikan hingga sarana pendukung.
"KPAI mendorong para pemangku kepentingan di pendidikan membangun rambu-rambu untuk para guru sehingga proses home learning ini bisa berjalan dengan menyenangkan dan bermakna buat semua, bukan jadi beban yang justru tidak berpihak pada anak, bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya," kata Retno.
Permasalahan beban tugas tersebut menjadi perlu diperhatikan mengingat tugas berat menurut Retno malah akan membuat siswa cemas dan membuat kesehatan mereka menurun dan rentan sakit.
Hal ini harus diwaspadai karena bisa menurunkan imun anak-anak. Selama para siswa dirumah, jangan terlalu bebani dengan tumpukan tugas yang sangat banyak. Hal demikian hanya membuat mereka cemas dan terbebani, yang berpengaruh pada melemahnya sistem imun (kekebalan tubuh), yang bedampak pada mudahnya serangan virus. Menurut Retno saat ini yang terpenting adalah bagaimana pendidikan home learning dibuat sebgaai sarana saling motivasi.
ADVERTISEMENT
"Dalam kondisi seperti ini, kompetensi akademik bukan merupakan prioritas tapi yang jadi prioritas adalah kompetensi survive (bertahan hidup) dan saling mengingatkan untuk hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar," sambungnya.
Tak hanya itu Retno juga menekankan pada tugas harusnya merupakan hal yang mengasah kreativitas anak ketimbang hanya sekedar soal yang banyak diberikan.
"Para guru harus keluar dari kebiasaan bahwa tugas ke siswa sama dengan memberi soal. Banyak kreativitas lain yang justru menimbulkan semangat dan mengasah rasa ingin tahu anak-anak," ungkapnya.
Tak hanya mengkritisi guru dan sekolah saja, Retno juga menyampaikan terutama mepada kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah agar tak menkadikan tugas setiao hari harus dilaporkan secara rutin hasil belajarnya. Menurutnya sistem tersebut malah akan dianggap sebagai uoaya menekan siswa untuk mengerjakan tugas.
ADVERTISEMENT
"Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah tidak perlu menuntut setiap hari para guru wajib melaporkan proses pembelajarannya dan hasil dari bekerja dari rumah, karena para guru jadi “menekan” para siswanya juga untuk mengerjakan tugas-tugasnya," pungkas Retno