Makna Lodeh 7 Warna ala Warga Yogyakarta

Konten Media Partner
21 Maret 2020 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sayur lodeh. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sayur lodeh. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Wabah virus corona (COVID-19) kini dirasakan oleh berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Kini, diketahui ada 3 pasien yang positif virus corona di Yogyakarta. Berbagai upaya dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan virus corona. Tak hanya social distancing (#dirumahaja), ada berbagai hal lain yang juga dilakukan warga Yogyakarta untuk mengusir wabah tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah tolak bala.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu terakhir, warga Yogyakarta diramaikan dengan adanya informasi yang meminta agar masyarakat Yogyakarta memasak lodeh 7 warna. Rupanya, ini bukan kali pertama permintaan tersebut muncul di tengah masyarakat.
“Hal-hal yang terkait tolak bala pasti disebut ‘bersumber dari keraton’. Tapi belum tahu apakah benar. Ketika merapi erupsi tahun 1992 juga ada tolak bala bikin jangan lodeh plus minum degan ijo dengan jinten,” ujar Tedy, warga asli Yogyakarta, Sabtu (21/3/2020).
Imbauan yang beredar di masyarakat agar memasak lodeh 7 warna. Foto: Istimewa.
Lodeh 7 warna yang dimaksud di sini menggunakan 7 bahan makanan yaitu kluwih, kacang panjang (cang gleyor), terong, waluh, godhong so (daun mlinjo), dan tempe. Rupanya ada makna di balik masing-masing bahan tersebut.
Kluwih: kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne (keluarga lebihkan dalam memberi nasehat dan perhatian)
ADVERTISEMENT
Cang gleyor : cancangen awakmu Ojo lungo² (ikatlah badanmu, jangan pergi-pergi)
Terong : terusno anggone olehe manembah Gusti Ojo datnyeng, mung Yen iling tok. (Lanjutkan tingkatkan dalam beribadah, jangan hanya jika ingat saja)
Kulit melinjo : Ojo mung ngerti njobone Ning kudu Reti njerone Babakan pagebluk. (Jangan hanya paham akibatnya saja, tapi harus paham secara mendalam penyebab wabah)
Waluh : uwalono ilangono ngeluh gersulo (Hilangkan keluhan dan rasa galau –harus tetap semangat-)
Godong so : golong gilig donga kumpul wong Sholeh sugeh kaweruh Babakan agomo lan pagebluk (Bersatu padu berdoa bersama orang yang saleh, pandai soal agama, juga wabah penyakit)
Tempe : temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah (benar-benar fokus mohon pertolongan kepada Tuhan)
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian, imbauan tersebut tidak memaksa harus dilakukan oleh warga Yogyakarta secara keseluruhan. Ketika ada kendala seperti harga bahan yang mahal atau kesulitan untuk mencari salah satu bahan dari 7 tersebut, maka bisa tidak dilakukan.
“Karena itu (tolak bala) adalah bagian dari kearifan lokal dan terkadang merupakan pesan-pesan, jadi ya ambil positifnya saja. Tolak bala, bagi saya pribadi adalah sebagai pengingat atas kuasa Tuhan. Dengan tidak meninggalkan kemasyarakat dan alam semesta,” ujarnya.
Firma (49), warga Maguwoharjo, mengatakan ada beberapa bahan yang kini mulai sulit dicari. Walaupun demikian, ia berusaha untuk memenuhi ketujuh bahan tersebut untuk dimasak menjadi lodeh.
"Yang agak susah itu waluh. Tadi ke warung sayur deket rumah nggak ada. Besok rencana mau ke pasar besar," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, memasak atau tidak memasak lodeh 7 warna kini bergantung pada kepercayaan masing-masing orang.
"Itu kan masalah kepercayaan. Nggak ada salahnya juga to untuk percaya? Wong maknanya juga baik," tuturnya.