news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Melihat Alquran Tulisan Tangan Keturunan Majapahit di Gunungkidul

Konten Media Partner
19 Oktober 2020 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alquran tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo, keturunan Majapahit. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Alquran tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo, keturunan Majapahit. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Jayani Zaini (67), Takmir masjid Jami' Wonojoyo, Kalurahan Genjahan, Kapanewonan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul sampai saat ini masih setia merawat Alquran tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo. Meski saat ini Al Quran tersebut sudah mulai lapuk, namun ia berusaha merawatnya dengan membersihkannya dalam kurun waktu tertentu.
ADVERTISEMENT
Ia sengaja membuatkan kotak khusus untuk menyimpan Al Qur'an Tulisan Tangan tersebut agar tidak rusak. Hingga kini Al Quran tulisan tangan dari KRT Wiroyudo masih tersimpan rapi di Masjid Jami' Padukuhan Wonojoyo. KRT Wiroyudo adalah keturunan Majapahit yang akhirnya menyebarkan agama Islam di Gunungkidul.
"Saya tidak mengetahui secara pasti kapan Alquran tersebut disusun," ujar Jayani, Senin (19/10/2020).
Jayani Zaini (67), Takmir masjid Jami' Wonojoyo, Kalurahan Genjahan, Kapanewonan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, yang merawat Alquran tulisan tangan KRT Wiroyudo, keturunan Majapahit. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
Jayani mengaku mulai merawat Al Quran tersebut sejak tahun 1997 karena dulu pergi dari rumah ke Jakarta. Dan tahun 1997 ia kembali ke kampung halamannya sudah mendapati Al Qur'an tulisan tangan tersebut sudah seperti sekarang ini, yaitu tanpa sampul dan mulai rapuh.
Al Qur'an tersebut sejatinya milik Muhammad Ihsan, putera dari KRT Wiroyudo. Di waktu kecil, Muhammad Ihsan dan saudaranga, Hasan disekolahkan di Arab Saudi selama beberapa tahun. Keduanya menuntut ilmu di Arab Saudi dan akhirnya kembali ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Sekembalinya ke Indonesia, keduanya membantu KRT Wiroyudo menyebarkan agama Islam di daerah Wonosari," ungkapnya.
KH Muhammad Ihsam mendekati raja di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan mengabdi sebagai abdi dalem. Kemudian karena jasanya tersebut, KH Muhammad Ihsan diberi tanah Merdikan sekitar 1 hektare di Padukuhan Wonojoyo yang kini salah satu bagiannya berdiri masjid Jami'.
Dulunya, Al Qur'an tersebut diberikan kepada Muhammad Ihsan untuk pembelajaran agama Islam. Kemudian tahun kapan ditulis dan berapa lama disusun, ia sendiri tidak mengetahuinya secara pasti. Karena ia hanya tinggal merawatnya agar tidak rusak.
Jayani Zaini (67), Takmir masjid Jami' Wonojoyo, Kalurahan Genjahan, Kapanewonan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, yang merawat Alquran tulisan tangan KRT Wiroyudo, keturunan Majapahit. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
Di samping itu, KH Muhammad Ihsan juga mendapatkan putri Triman (puteri pemberian raja) untuk dipersunting olehnya. Setelah memiliki anak dan istri kemudian ia mendapatkan pesan untuk mendirikan rumah limasan dan joglo yang sangat sederhana.
ADVERTISEMENT
"Rumahnya dulu di depan Masjid ini," terangnya.
Kemudian lama-kelamaan, KH Muhammad Ihsan mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Rodhatul Qulud. Para santri di Pondok Pesantren tersebut tidak hanya sekitar sini saja tetapi juga luar daerah. Para santri ngaji dan mencari ilmu di pondok pesantren tersebut.
Karena rumahnya jauh sehingga para santri menginap di Pondok Pesantren. KH Muhammad Ihsan juga mendirikan masjid yang sekarang dinamakan Masjid Jami Wonojoyo. Karena santrinya banyak kemudian diberikan kepada raja ketikw sudah jadi
"Kemudian dari kerajaan beliau ditunjuk sebagai khotib dan imam masjid Jamik Wonojoyo," paparnya.