Milad ke-28, UNISA Singgung Pesatnya Perkembangan Teknologi

Konten Media Partner
2 Oktober 2019 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf Ahli Menkominfo, Henri Subiakto, saat memberikan materi dengan tema ‘Mendidik Generasi Unggul di Era Digital’, di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Rabu (2/10/2019). Foto: dion.
zoom-in-whitePerbesar
Staf Ahli Menkominfo, Henri Subiakto, saat memberikan materi dengan tema ‘Mendidik Generasi Unggul di Era Digital’, di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Rabu (2/10/2019). Foto: dion.
ADVERTISEMENT
Memperingati Milad ke-28, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) menggelar Sidang Senat Terbuka, Rabu (2/10/2019). Bertajuk ‘Budaya Unggul UNISA untuk Kemajuan Bangsa’, UNISA berharap peringatan kali ini diharapkan mampu memotivasi civitas akademika untuk memperkuan pusat keunggulan.
ADVERTISEMENT
“Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta terus membangun dan mengokohkan peran-perannya untuk memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara dalam berbagai bidang kehidupan melalui Catur Dharma Perguruan Tinggi sesuai dengan visi misi UNISA,” ujar Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti.
Ia melanjutkan, peneguhan peran kepemimpinan diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkan negara yang kuat, mandiri, dan memiliki daya saing yang tinggi. Berawal dari status institusi Akademi Perawat (1991), lalu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) (2003), dan kini telah berstatus Universitas tentu bukan perjalanan yang singkat. Sampai akhir tahun kedua 2018, UNISA telah mengembangkan program studi dengan menambah 4 program studi; 3 di Fakultas Kesehatan dan 1 Fakultas Sains dan Teknologi (FST).
Rektor Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti. Foto: dion.
“Transformasi UNISA dari lembaga pendidikan kebidanan dan kesehatan menjadi sebuah universitas merupakan aktualisasi dari visi gerakan ‘Aisyiyah memasuki abad kedua untuk menghadirkan risalah pencerahan dalam menjalankan gerakan dakwah yang melintas zaman,” ujarnya
ADVERTISEMENT
Dalam sidang senat terbuka ini, UNISA menghadirkan Staf Ahli Menkominfo, Henri Subiakto sebagai pembicara. Mengambil tema ‘Mendidik Generasi Unggul di Era Digital’, UNISA berupaya menyiapkan lulusannya agar siap bersaing secara global.
Henri Subiakto, mengungkapkan, Di era sekarang, perkembangan teknologi digital semakin tidak terbendung. Pengaruhnya dari hari ke hari bak kereta cepat yang siap menggilas siapa saja yang tidak sanggup menyesuaikan diri. Zaman sudah memasuki revolusi industri 4.0 yang berisi otomatisasi di segala bidang dan pertukaran data di dalamnya. Di satu sisi, pada 2030 Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi.
"Kita semua harus siap menghadapi perkembangan yang sangat cepat dan belum pernah terjadi di dunia. Inilah kehendak sejarah dengsn ditandai perubahan-perubahan besar," katanya.
ADVERTISEMENT
Henri mengatakan Indonesia dengan 265 juta penduduknya merupakan negara besar secara potensi ekonomi. Saat ini pemerintah mencoba menyatukan Indonesia dengan pembangunan jaringan serat optik nasional untuk kepentingan efisiensi pengiriman informasi dalam sistem komunikasi di era digital ini. Pada 2020 rencananya Indonesia akan memiliki satelit tercanggih di era sekarang.
"Ketika semua pembangunan itu selesai akan ada perubahan, yaitu jumlah pengguna internet semakin banyak. Teknologi yang digunakan masyarakat semakin merata," tutur Henri.
Namun itu baru dari sisi teknologi. Dalam menghadapi digitalisasi zaman, suatu negara perlu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama para generasi mudanya. Indonesia saat ini berada dalam 20 besar negara ekonomi terbesar di dunia. Namun fakta tersebut belum membuat negara kita belum memasuki kelompok negara maju. Hal itu disebabkan masih adanya ketimpangan sosial.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan masih terjadi di mana-mana. Hal tersebut bisa dientaskan dengan pendidikan yang merupakan cara mengubah nasib seseorang menjadi lebih baik. Namun pendidikan bukanlah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan. Bahkan orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi juga tidak menutup kemungkinan dapat mengubah jalan hidupnya. Kuncinya kembali ada pada kemampuan menyesuaikan diri dengan zaman dan kemauan menemukan serta mengembangkan soft-skill yang dimiliki.
"Pada masa mendatang, pekerjaan manusia terancam tergantikan oleh mesin dan peranti lunak. Inilah yang menjadi ruang bagi manusia untuk berpikir kreatif dan produktif karena mempunyai banyak waktu untuk itu," jelas pria asli Yogyakarta itu.
Faktor itu membuat teknologi mendorong manusia untuk lebih tangkas dan cepat beradaptasi dengan perkembangan yang ada agar tidak tergilas. Namun Henri berpendapat ada beberapa hal yang menghambat untuk menuju ke arah tersebut. Masalah terletak pada pemikiran dan kultur lama yang belum menerapkan data driven decision dan data driven regulation.
ADVERTISEMENT
"Berbicara mengenai data, contoh di era big data ini, bank sudah tidak lagi menjadi tulang punggung bisnis. Menurut Mayor Schonberger dan Ramge, pada 2020 jumlah bank akan berkurang 26% akibat transaksi berpindah secara digital di akun virtual. Hanya bank berteknologi digital yang akan tetap eksis di era disrupsi," ujar Henri.
Fenomena yang muncul karena era disrupsi tersebut adalah munculnya profesi-profesi baru. Mereka seperti data dan big data analis, digital programmer, digital creative, travel influencer, digital marketer, dan artificial intelligent programmer.
Profesi-profesi tersebut akan membentuk pribadi-pribadi yang kreatif, inovatif, kolaboratif, antisipatif, produktif, dan dinamis.
"Kuncinya adalah jangan bermalas-malasan jika tidak ingin tersenggol dan tersalip oleh saingan yang jumlahnya tidak terhingga yang juga mengejar peluang di era digital. Selain itu penyedia talent harus selalu terbuka terhadap perkembangan yang ada agar mampu mempersiapkan SDM sesuai keadaan dan kebutuhan" tegasnya. (Dion/adn/adv)
ADVERTISEMENT