news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Nenek di Gunungkidul Rawat Cucu yang Ditinggal Minggat Orang Tuanya

Konten Media Partner
6 Agustus 2020 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutini (kiri) saat mengasuh Meliasari (12), cucunya yang sakit polio. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Sutini (kiri) saat mengasuh Meliasari (12), cucunya yang sakit polio. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Jalan hidup yang terjal masih harus dilalui oleh Sutini (75). Nenek yang tinggal di Padukuhan Singkil RT 05 RW 12 Kalurahan Tepus Kepanewonan Tepus Gunungkidul. Di usia senja ini, ia harus merawat cucunya, Meliasari (12) yang menderita Polio. Kemiskinan yang melandanya tak bisa membuatnya pasrah dan hanya mengharapkan bantuan orang lain untuk kebutuhan anaknya.
ADVERTISEMENT
12 tahun sudah, ia merawat Melia seorang diri meskipun terkadang dibantu oleh menantunya. Wanita ini sama sekali tak menyangka jika harus dibebani merawat cucunya yang tak bisa beraktivitas sama sekali. Pasalnya, orangtua Melia pasangan Sutarno dan Yenni Kusniawati sama sekali tak berpesan apapun ketika meninggalkan anak mereka tersebut 12 tahun lalu.
Sutinipun berkisah awal mula dirinya harus merawat cucunya tersebut. 12 tahun lalu, anaknya Sutarno bersama istrinya Yenni Kusniawati datang membawa Melia. Melia sendiri lahir di Bantul tempat tinggal ibunya, Yenni. Kedua orangtua Melia hanya tinggal di rumah tersebut selama sepekan.
Sutini (kiri) saat mengasuh Meliasari (12), cucunya yang sakit polio. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
"Nah hanya seminggu tinggal di sini. Terus pamitan mau kerja, Melia suruh saya yang merawat," tuturnya, Kamis (7/8/2020).
Selama 12 tahun merawat cucunya, Melia, Sutini sama sekali tak pernah berkomunikasi dengan kedua orangtua Melia. Tak ada kabar bahkan uang kiriman yang akan dijanjikan sebelum pergi meninggalkan Melia kepada dirinya. Bahkan 12 tahun sudah ia tidak mengetahui rimba anak dan menantunya tersebut.
ADVERTISEMENT
Sutini sendiri mengaku tak pernah mencari keberadaan anak dan menantunya tersebut di rumah mereka di Bantul. Kendala jarak dan ongkos yang tidak sedikit untuk pergi ke Bantul mengharuskan ia pasrah menerima keadaan. Terlebih lagi, ia sama sekali tidak pernah mengetahui secara persis di mana tempat tinggal besannya, orangtua dari Yenni (ibu Melia).
Informasi selengkapnya klik di sini.
"Keluarga di sini ndak ada yang punya motor jadi susah mau ke mana-mana,"paparnya.
Informasi selengkapnya klik di sini.
Selama 12 tahun ini, ia bersama suaminya Yatmo Semito Sudal banting tulang untuk memenuhi kebutuhan Melia. Untuk susu, ia memang menyediakan seadanya, baru ketika ada bantuan kebutuhan gizi cucunya ia penuhi. Sementara untuk makan sendiri, Melia hanya disuapi bubur nasi tanpa lauk apapun.
Melia harus ganti pampers setiap kali buang air besar dan kecil. Pampers memang menjadi kebutuhan besar dari keluarga ini. Padahal kini harga pampers tak murah lagi, sehingga ia membutuhkan uluran tangan orang lain agar bisa membelikan pampers cucunya tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk membiayai kebutuhan cucunya tersebut, wanita renta ini terkadang harus pergi bekerja menjadi buruh tani dengan upah Rp 30 ribu dalam sehari. Ketika wanita ini bekerja di ladang, Melia dirawat oleh menantu lainnya yang kini memiliki 3 orang anak.
Sutini (kiri) saat mengasuh Meliasari (12), cucunya yang sakit polio. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
Sementara suaminya, Mbah Yatmo setiap harus harus berjalan kaki sejauh 7 kilometer untuk pergi ke ladang yang berada di dekat pantai. Mbah Yatmo sudah meninggalkan rumah pukul 05.30 WIB dan baru pulang ke rumah pukul 17.30 WIB untuk bercocok tanam di ladangnya yang tak begitu luas.
"Kalau panen padi ya hanya menghasilkan 1 karung saja,"terangnya.
Di rumah ukuran 12x8 meter yang terbuat dari kayu dan berdinding anyaman bambu ini kini ditinggal 8 orang termasuk Melia. Sementara anak dan menantu Sutini yang tinggal bersama dengan dirinya juga hanya buruh tani dan serabutan dengan upah tidak seberapa.
Rumah tempat tinggal Sutini, nenek di Gunungkidul yang mengasuh cucunya yang sakit polio. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
Tak ada barang mewah di rumah ini, termasuk handphone sekalipun. Satu-satunya hiburan keluarga ini adalah TV Tabung 14 Inch yang berada di ruang tengah rumah ini. Keluarga ini tercatat sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Sutiyem (64) Adik Kandung Sutini mengaku prihatin dengan nasib kakaknya tersebut. Di usia senja, kakaknya harus menanggung cobaan yang cukup berat karena harus merawat cucunya Melia yang sama sekali tak bisa beraktivitas. Sejak usia 7 bulan, Melia sudah dirawat oleh kakaknya tersebut.
"Sering lho kalau sakit bahkan kejang-kejang tak buru-buru dibawa ke rumah sakit karena tak ada mobil dan tak ada biaya,"ungkapnya.
Melia pernah beberapa kali dirawat di rumah sakit. Bahkan Melia sempat koma selama sebulan ketika dirawat di RSUD Wonosari gara-gara keluarga ini telat membawa Melia ke Rumah Sakit. Saat itu, Melia sempat kejang dari pagi hingga sore di rumah tanpa penanganan medis. Sutini telat membawa karena saat itu tidak ada uang sama sekali untuk membawa cucunya.
Sutini (kiri) saat mengasuh Meliasari (12), cucunya yang sakit polio. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
Kini 12 tahun sudah kedua orangtua Melia meninggalkan anaknya yang divonis gizi buruk dan folio tersebut. Keluarga ini terakhir mendapat kabar jika Sutarno masih tinggal di Bantul. Sementara Yeni, ibu Melia konon menderita gangguan jiwa dan nasibnya entah kemana.
ADVERTISEMENT
"Ada relawan yang mengabarkan kalau Yeni itu agak sakit jiwa," ujar Sutiyem.
Sutiyem sendiri menduga jika Yeni memang menderita gangguan jiwa. Sebab ketika tinggal di rumah tersebut selama sepekan, Yeni sama sekali tak bersedia menyentuh Melia bahkan untuk memberi ASI sekalipun.