Pawai Pengusaha Sound System di Magelang, Minta Izin Hajatan Dilonggarkan

Konten Media Partner
30 Agustus 2021 20:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengusaha sound system di Kabupaten Magelang menggelar aksi pawai keliling, lantaran sepi tanggapan sejak pandemi COVID-19. Aksi keprihatinan ini dilakukan Senin, (30/8/2021). Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Pengusaha sound system di Kabupaten Magelang menggelar aksi pawai keliling, lantaran sepi tanggapan sejak pandemi COVID-19. Aksi keprihatinan ini dilakukan Senin, (30/8/2021). Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Pengusaha sound system melakukan pawai keliling Magelang, Jawa Tengah pada Senin (30/8/2021). Hal ini menjadi ungkapan sepinya pelanggan selama pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Mereka berarak-arakan menggunakan kendaraan bak terbuka berkeliling di jalan raya wilayah Magelang. Aksi mereka menarik perhatian, lantaran sembari membunyikan musik dari sound system yang mereka bawa.
Untuk menarik perhatian pada kendaraan juga dipasang berbagai spanduk bernada kritis dan protes antara lain, “Dua Tahun Nggak Bisa Kerja Bapak, Poseng Dol” dan “Dijual Buat Angsuran BRI”. Harapannya Pemkab Magelang maupun pemerintah pusat bisa memberikan solusi atas apa yang mereka alami dan meminta ada kelonggaran izin penyelenggaraan acara hajatan.
Koordinator acara, Dody Nurochman mengatakan, hampir dua tahun ini nasib mereka terkatung-katung, sebab tidak pernah ada tanggapan, sebab selama pandemi apalagi setelah diterapkannya PPKM, praktis acara hajatan seperti pernikahan tidak diperbolehkan sebagaimana mestinya. Keputusan pemerintah ini memberatkan mereka yang mencari nafkah dari jasa penyewaan sound system, tenda, dan peralatan musik hajatan.
ADVERTISEMENT
"Selama dua tahun pandemi, tidak ada pemasukan dari sewa alat. Di sisi lain, bagi pengusaha persewaan sound system yang memiliki angsuran bank, tagihannya terus berjalan. Bank tidak mau tahu soal angsuran, kita mau mengajukan bantuan tidak berani. Sementara kita juga butuh makan, anak sekolah dan lainnya,"ujarnya di sela aksi, Senin (30/8/2021).
Ia bahkan mengaku telah menjual sejumlah perangkat sound system yang dimilikinya. Dody terpaksa melakukan hal itu demi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, digunakan untuk mengangsur cicilan hutang bank yang saat jatuh tempo tidak bisa ditunda-tunda lagi pembayarannya.
Ketua Paguyuban Relasi Entertainment Magelang (Prima) Latif menuturkan, ada sekitar 45 mobil mengangkut sound system ikut dalam pawai ini. Mereka berasal dari tiga komunitas yang mewadadi pemilik sound system, pemain organ tunggal, dan pelaku seni panggung atau pertunjukkan.
ADVERTISEMENT
Anggota komunitas yang ikut dalam aksi pawai adalah Crew Sound Mungkid Borobudur (CSMB) dan Paguyuban Sound Gunung (PSG). Kedua paguyuban ini bernaung di bawah Paguyuban Relasi Entertainment Magelang (Prima).
Total anggota paguyuban Prima mencapai 250 orang. Mereka tersebar di Kecamatan Borobudur, Sawangan, Dukun, Ngluwar, Muntilan, dan Salam.
Aksi arak-arakan ini mengambil titik star dari Jalan Klangon KM 2, Kecamatan Muntilan, rombongan kemudian bergerak melintasi Jalan Raya Yogyakarta-Magelang dan putar balik di kawasan Mertoyudan.
Sepanjang jalan dengan lantang dan penuh harap, mereka menyuarakan suara hati mendesak pemerintah agar lebih arif dalam membuat kebijakan. Menggunakan pengeras suara, sejumlah pemilik sound ini bahkan menawarkan menjual peralatan mereka kepada masyarakat yang melihat aksi mereka di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
"Tujuan aksi kami adalah memperjuangkan nasib, sebab selama pandemi dunia entertainment sama sekali tidak bisa beraktivitas. Pengusaha jasa hiburan panggung harus menanggung kerugian lebih dari 90 persen akibat pandemi ini. Jadi intinya kami meminta kelonggaran keramaian, sebab kami terdampak tidak ada pemasukan," katanya. (ari)