Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Pemilik Kafe di Jogja Luapkan Kekesalan dengan Fenomena Rojali
19 Juni 2024 16:23 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Istilah Rojali atau rombongan jarang beli kembali viral usai beredarnya sebuah video yang berisi curhatan salah satu pemilik kafe di Yogyakarta. Mulanya, video itu diunggah di akun Instagram pribadi @agus_arrya dan tak lama viral di kalangan publik lantaran curhatannya terhadap rombongan oknum mahasiswa yang sering nongkrong di tempatnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku merasa dirugikan lantaran mahasiswa itu kerap datang ke kafe untuk mengerjakan tugasnya namun tak membeli jualannya. Bahkan hal yang bikin kesal lagi, mereka kerap datang sampai larut malam hingga kafe tutup pun mahasiswa itu masih disana.
"Teruntuk oknum mahasiswa dan mahasiswi yang ada di Jogja yang sering kerjain tugas di kedai kopi atau di kafe, meminta tolong, minta tolong order. Kan gak semua harga mahal, ada yang murah juga," ujar Agus mengawali curhatannya dalam video tersebut, Rabu (19/6/2024).
Ia juga mengaku resah, lantaran banyak dari mereka yang datang ke kafe untuk rapat dan membahas perihal masalah ekonomi rakyat, namun tak sejalan dengan apa yang dilakukannya. Mereka tak memesan makanan/ minuman dari kafenya. Padahal menurut dia, dengan mahasiswa itu membeli juga andil dalam membantu perekonomian rakyat.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa kaum rojali itu dinilai hanya menumpang tempat, wifi dan fasilitas kafe untuk mengerjakan tugas atau rapat. Wajar saja jika ia kesal dengan tingkah mahasiswa yang merasa tidak punya uang namun nekat mengerjakan tugas di kedai kopi. Hal ini jadi sebuah ironi bagi Agus yang saat ini memiliki kafe level UMKM di wilayah Sorowajan, Yogyakarta.
"Lebih menyebalkan lagi, misal kalian ngadain rapat atau ngobrol bareng sekitar 10 orang sampai 20 orang yang order cuma 5 orang, apalagi yang dibahas masalah ekonomi rakyat," cerita dia.
"Kalau toh memang nggak punya uang, ya nggak usah maksain ngerjain tugas di kafe," sambungnya.
Dalam video itu, Agus juga menyindir mahasiswa ini, lantaran sulit disuruh untuk pergi meninggalkan kedai kopi saat jam operasional kafe sudah berakhir. Hal itu sangat merugikan sebab pekerja di kafe harus membersihkan kafe sampai lewat jam kerja karena pengunjung tidak mau pulang.
ADVERTISEMENT
"Kalau dia (kafe) sudah closing, mbok minta tolong, besok lagi. Masa iya kita mau bersih-bersih harus tunggu tugas kalian selesai dulu. Disuruh order gamau, ketika closing disuruh pergi susah, eh keesokan harinya ninggal sampah," sindir Agus.
Kendati begitu, Agus tak menggeneralisasi semua mahasiswa di Jogja ini berkelakuan seperti itu. Ia hanya meluapkan apa yang sering dialaminya lantaran sudah berulang-ulang kali, namun oknum mahasiswa tersebut tampak tidak peduli.
Ia tak menepis bahwa curhatannya ini juga dirasakan para pemilik kafe di Yogyakarta. Sehingga Agus berharap oknum-oknum tersebut bisa sadar akan perilaku buruknya yang merugikan para pemilik kafe dimanapun.
"Dengan kesadaran saya dan kerendahan hati saya, mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang kurang berkenan dengan apa yang saya sampaikan jadi mohon dimengerti," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Unggahan video itu pun menuai komentar publik. Tak sedikit pemilik kafe merasakan hal yang sama dengan Agus.
"Sepakat lan Valid 100% Mas๐ 4 Tahun lalu ndak begini. Nongkrong semeja 10, ya order masih 8. Hanya kecil banget yang ga order. Sekarang rapat 10, yang order 2. Lainnya disodorin menu cuma iya-iya, selesai nugas, selesai konek wifi. Ya pulang. Behavior mahasiswa skrg sepertinya berubah. Heran juga kok ya ndak punya rasa pakewuh yah? Hmm," tulis warganet yang berkomentar.
"Semoga bs sedikit menyentil oknum tsbut dan merubah karakter yg kurang baik tsb.. semangat mas, laris manis utk coffeeshopnya ๐๐," timpal warganet lainnya.
(M Wulan)