Pemkab Sleman Siapkan Mitigasi Erupsi Merapi di Tengah Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
11 Juli 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Merapi. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Merapi. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru akan menyusun Standar Operating Procedur (SOP) mitigasi bencana ketika terjadi erupsi Merapi di tengah pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga penambahan beberapa sarana di barak pengungsian supaya tetap bisa menjaga protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19.
Kepala BPBD Sleman, Joko Supriyanto, mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu anggaran perubahan dari APBD untuk penyusunan SOP tersebut.
“Nanti kalau sudah ada anggaran perubahan. Setelah itu baru kami rapatkan,” katanya saat dihubungi, Jumat (10/7/2020).
Menurut Joko, SOP bencana erupsi Merapi saat masih pandemi COVID-19 dibutuhkan. Seperti ketika warga mengungsi ke barak maupun sarana protokol kesehatan di tempat pengungsian.
“Mereka yang mengungsi harus tetap jaga jarak. Kemudian ketika di tempat pengungsian juga harus disediakan tempat cuci tangan. Tempat cuci tangan memang sudah ada, tapi perlu ada penambahan,” katanya.
Setelah tersusun SOP, menurut Joko nantinya juga diperlukan sosialisasi dan simulasi mengungsi.
ADVERTISEMENT
“Nanti kami akan ajak warga untuk simulasi mengungsi di tengah pandemi COVID-19,” katanya.
Joko mengatakan untuk barak pengungsian yang dikelola BPBD berjumlah 12 unit. Tersebar di beberapa kecamatan, seperti Turi, Cangkringan, dan Pakem.
“Ada pula barak pengungsian yang dikelola oleh desa, berjumlah 20 tempat. Jadi total 32 barak, saat ini dalam kondisi yang baik,” katanya.
Joko mengungkapkan setiap barak pengungsian biasa menampung sekitar 300 orang. Namun nantinya akan dikurangi menjadi 100 orang saja. “Supaya warga tetap bisa melakukan jaga jarak pastinya dikurangi kapasitasnya,” ucapnya.
Meski dikurangi, menurut Joko tidak perlu ada penambahan barak pengungsian. Sebab mereka yang mengungsi ketika terjadi erupsi tak semua warga di lereng Merapi yang pergi ke tempat aman. “Kalau yang bahanya hanya di KRB (Kawasan rawan Bencana) III kan hanya warga KRB III saja yang mengungsi,” kata Joko.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida menambahkan Merapi saat ini mengalami deformasi (pengembungan) terhitung sejak 22 Juni 2020 lalu.
Hanik mengatakan laju penambahan deformasi ini sekitar 0,5 centimeter per harinya. Hingga saat ini deformasi tercatat sekitar 7 centimeter.
“Deformasi yang semakin besar bisa jadi indikasi akan erupsi,” ucapnya. (atx)