Pemuda Asal Bantul Tenun Plastik Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Konten Media Partner
25 Oktober 2022 20:40 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dikko Andrey Kurniawan, pemuda asal Bantul yang punya usaha tenun plastik. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Dikko Andrey Kurniawan, pemuda asal Bantul yang punya usaha tenun plastik. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Dikko Andrey Kurniawan, pemuda asal Dusun Wirosutan Kalurahan Srigading Kapanewon Sanden Bantul belum lama menyabet 10 besar bidang kreatif Wirausaha Muda Pemula (WMP) dari Kemenpora. Ia menyisihkan ribuan peserta dari seluruh tanah air.
ADVERTISEMENT
Dia dipanggil langsung Kemenpora karena inovasi yang telah dilakukannya selama pandemi COVID-19. Pemuda berusia 26 tahun ini mengubah plastik-plastik bekas tak terpakai menjadi kerajinan bernilai jual tinggi dengan teknik menenun, teknik yang berbeda dari konvensional lainnya.
Meski rumit dan membutuhkan waktu yang lama, namun produk yang ia hasilkan memiliki karya seni yang tinggi. Kini ia juga telah menikmati hasilnya meskipun belum besar, namun cukup untuk membayar upah 3 pekerjanya.
Bungsu dari 3 saudara ini mengaku telah memulai tergelitik untuk menciptakan produk daur ulang sampah sejak tahun 2020 yang lalu. Ia memang prihatin dengan kondisi persampahan di Bantul belakangan ini.
Kala itu, lulusan UNY ini mencoba mendaur ulang tutup-tutup botol air mineral menjadi suatu karya. Dia sengaja memilih tutup botol air mineral karena ia melihat belum ada yang menyentuh jenis sampah ini.
ADVERTISEMENT
"Saya browsing-browsing bagaimana caranya," kata dia Selasa (25/10/2022).
Awalnya dia hanya membuat produk casing handphone, kemudian gelang dan kalung. Kerajinan tersebut ia buat dengan mengubah tutup botol air mineral mencair dan kemudian membentuknya menjadi berbagai casing handphone.
Permintaan kala itu ada, namun tak seperti yang ia harapkan sebelumnya karena masih minim. Pandemi memang masih menghantam lebih keras sehingga juga sama sekali tidak ada aktivitas.
"Saya kemudian mencoba berpikir keras untuk membuat produk memanfaatkan sampah namun berbeda dengan produk-produk daur ulang sampah lainnya. Nah kala itu terbesit pikiran bagaimana kalau ditenun" ujar dia.
Disela merawat bapaknya yang kini tengah sakit, ia mencoba melakukan riset apakah plastik bisa ditenun. Melalui berbagai kegagalan, akhirnya ia berhasil menenun dengan memanfaatkan sampah plastik kantong kresek.
ADVERTISEMENT
Cukup sulit memang, namun ia berhasil membuat inovasi dengan menenun sampah plastik kantong kresek. Untuk menghasilkan tenunan plastik kantong kresek bekas ukuran 1 meter ia membutuhkan sebanyak 35 buah.
Salah seorang pekerja sedang menenun plastik. Foto: erfanto/Tugu Jogja
"Sebenarnya itu variatif. Karena ukuran tas kresek kan banyak," kata dia.
Untuk bahannya, ia mendapatkan pasokan dari Bank Sampah di sekitar tempat tinggalnya. Bahkan tak sedikit yang memberikannya secara sukarela karena bahan yang ia gunakan memang benar-benar sampah tak bernilai jual.
Dari tenunan plastik kresek ini dia menciptakan berbagai produk mulai dari totebag, topi, sling bag dan kini merambah ke homedecor. Produk demi produk ia hasilkan sehingga permintaan pun mengalami peningkatan.
Sedikit demi sedikit produknya kemudian laku terjual ke berbagai daerah. Ia bahkan kini mampu mempekerjakan 3 orang ibu-ibu rumah tangga dari sekitar rumahnya. Dua mesin tenun tradisional dan sebuah mesin jahit telah ia gunakan untuk berproduksi.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, meski belum banyak tetapi sudah ada pemasukan," kata dia.
Melalui brand filosofi Sawo Kecik, ia mencoba berguna bagi masyarakat sekitar. Sawo Kecik berasal dari kata Sarwo Becik atau serba baik.