Potensi Industri Mebel Indonesia Dilirik Pasar Internasional

Konten Media Partner
16 Juni 2022 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mebel. Foto: Sandra/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mebel. Foto: Sandra/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Industri mebel Indonesia mendapatkan perhatian dari pasar internasional. Meskipun ada penurunan ekspor mebel dan kerajinan akibat pandemi corona. Hal ini diungkapkan oleh Himpunan Indudstri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI).
ADVERTISEMENT
“Pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan masih positif memang cenderung ada penurunan dari tahun lalu ya sampai 30% untuk mebelnya, namun di tahun ini berkurang 0,3 poin tapi baru Kuartal 1. Namun demikian kita masih tetap optimis terjadi pertumbuhan karena sampai 2024 akhir pasar terbesar dari Amerika yang masih mengalami pertumbuhan oleh sebab itu bisa jadi kita harus mengubah strateginya,” tutur Abdul Sobur, Ketua Presidium HIMKI.
Kondisi ini mendorong para pengusaha maupun stake holder untuk melakukan inovasi pengadaan pertumbuhan kayu di Indonesia. Selain itu, perlu juga inovasi untuk meningkatkan industri perajin.
“Strategi yang perlu diubah karena selama ini kita terlalu banyak bergantung Ke Mahoni harus mulai menggunakan alternatif material lain. Seperti investasi kayu karena kualitas kayu kita yang terbaik dengan komponen keras,” jelas Abdul.
ADVERTISEMENT
Menurut data yang diperoleh HIMKI, Amerika masih menjadi negara tujuan ekspor mebel terbesar Indonesia sepanjang tahun 2021 dengan berkontribusi sebesar 54,04% diikuti oleh Jepang 7,15%, Belanda 4,95%, dan Jerman 3,82%. Adapun, produk mebel untuk kontribusi ekspor masih ditempati oleh produk Wooden Furniture yakni 56,60%, diikuti rattan furniture 6,60% dan metal furniture 3,79%.
Begitu juga dengan ekspor produk kerajinan, AS merupakan kontribusi terbesar sebanyak 49,35% lalu diikuti oleh Jepang 7,72%, Malaysia 6,61% dan Belanda 3,89%. Guna mencapai target ekspor, maka dibutuhkan kenaikan kapasitas produksi tambahan dan penambahan tenaga guna menopang target produksi untuk ekspor.
Adidarma Santosa, Wakil Ketua HIMKI Bidang Bahan Baku dan Penunjang menyampaikan kendala serta keterbatasan hutan dari tanaman Rakyat.
ADVERTISEMENT
“Dalam satu dalam masa pandemi kemarin peningkatan ekspor furniture itu signifikan sehingga kita sangat berharap bahwa capaian 5 miliar Dolar dalam kurun waktu 2 tahun lagi ini bisa segera tercapai tapi persoalan sedang kita hadapi sekarang yaitu ketersediaan bahan baku. Sedangkan kayu hasil Perhutani tidak mencukupi. Secara khusus untuk kayu-kayu domestik ya semacam kayu jati mahoni dan kayu kayu lokal yang masih diminati," tuturnya.
Ia berharap buyer internasional masih meminati kayu lokal Indonesia. Berbicara soal pasar ekspor, perang dagang antara Amerika dan China nyatanya mendorong ekspor di Indonesia.
Dimana, produksi China terkena pajak yang cukup tinggi untuk masuk AS. Dengan demikian, Indonesia menjadi negara yang mensubtitusi China terutama untuk bahan furnitur kayu solid dan rotan.
ADVERTISEMENT
Ketua HIMKI Sleman Raya, Rian Hermawan mengungkapkan pertumbuhan industri kayu dan kerajinan di Sleman pasca pandemi semakin meningkat. hal itu memberikan dampak positif bagi industri pengrajin di Sleman.
“Daya beli di Sleman yang tinggi adalah Craft, kebanyakan pembelinya sampai Eropa, Amerika yang terbesar Amerika. Intinya kalau produk Sleman baik craft maupun furniture mengalami peningkatan, terbukti pengerajin di Sleman tetap produktif dan penjualan terus naik," ujarnya.