Tekan Pencemaran, Pemerhati Lingkungan Fokus Kurangi Produksi Sampah

Konten Media Partner
20 November 2019 8:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempat pembuang sampah di Yogyakarta. foto: Dok Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Tempat pembuang sampah di Yogyakarta. foto: Dok Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Isu mengenai lingkungan hidup acapkali menjadi masalah utama hingga kini. Beragam upaya guna mengkampanyekan gerakan lingkungan hijau ke sejumlah masyarakat terus dicanangkan seperti pembuatan bank sampah, dan restorasi penggunaan produk berbahan dasar ramah lingkungan lainnya. Alih-alih mendukung dan menerapkan penghijaun lingkungan oleh sejumlah masyarakat – dengan mengelola berbagai jenis sampah – rupanya belum seutuhnya menghilangkan masalah sampah.
ADVERTISEMENT
Hal ini diutarakan oleh Westiani Agustin, anggota Biyung Indonesia yang berfokus pada peduli lingkungan dan perempuan. Ia membeberkan terkait produksi sampah rumah tangga melalui hasil risetnya pada beberapa tahun terakhir yang diperkirakan tiap rumah mencapai 2,5 kg per hari, 75 kg per bulan, dan 900 kg per tahun. Semantara untuk wilayah Yogyakarta, produksi sampah bisa mencapai sekitar 400 ton/400.000 kg perhari yang setiap akhir pekan meningkat sekitar 15 persen dan jikaditotal dalam setahun memperoleh 146.000 ton sampah bahkan bisa dari jumlah tersebut.
“Padahal TPA di Jogja sendiri sudah overload sehingga butuh perluasan lahan untuk penampungan sampah akhir,” tutur wanita yang kerap disapa Ani saat gelar wicara Analisis Gerakan Pengelola Sampah di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, pada Selasa (19/11).
Suasana para peserta saat gelar wicara di RTH, Bener, Tegalrejo, Yogyakarta. foto: Gery
Ada banyak cara untuk menanggulangi masalah sampah yang makin hari kian menumpuk seperti memilah sisa konsumsi makanan dan jenis-jenis sampah. Jenis-jenis sampah yang dipilah lazimnya sering digunakan sebagai bahan daur ulang produk tertentu atau pembuatan kerajinan tangan bernilai jual. Untuk sisa konsumsi, kata Ani, sejatinya belum tentu dikatakan sampah karena masih bisa diolah sedemikan rupa tergantung dari masing-masing kebutuhan.
ADVERTISEMENT
“Kelebihan sisa konsumsi ialah dapat dipakai kembali atau dapat dilanjutkan masa hidupnya sehingga menjadi sesuatu yang baru, sedangkan sampah itu berkenaan dengan residu yang tidak bisa diolah lagi,” terangnya.
Di samping itu, Ani menganjurkan supaya masyarakat terbiasa untuk menerapkan rumah minim sampah. Sebagaimana ia contohkan konsep atau praktik “tiga pintu”; pintu depan (sebelum konsumsi) yaitu senantiasa mengurangi dan menghindari konsumsi produksi produk yang setelah pakai akan meninggalkan sampah; pintu tengah (saat konsumsi) yaitu bersikap efisien saat konsumsi produk apapun sehingga tidak hasilkan banyak residu; dan pintu belakang (sesudah konsumsi) yaitu mencari cara agar sisa konsumsi-produksi bisa dilanjut ke siklus hidup beriktunya.
Dari rumah minim sampah berbasis praktik “tiga pintu” tersebut setidaknya bisa mengurangi sampah 90 persen.
ADVERTISEMENT
“Perhitungannya memuat sampah berkisar 0,25 kg per hari, 7,5 kg per bulan, dan 90 kg per tahun. Hal itu tentu sangat berefek pada masalah pengurangan sampah rumah tangga,” jelasnya.
Ia berharap agar masyarakat dapat kembali bijak untuk mengelola sampah dengan baik supaya tidak asal membuang sisa makanan atau sampah-sampah secara sembarangan.
“Orang yang peduli lingkungan berarti peduli juga dengan keluarga dan sesama,” tuturnya.
Westiani Agustin saat menjadi pembicara gelar wicara "Analisis Gerakan Pengelolaan Lingkungan" di RTH, Bener, Tegalrejo, Yogyakarta, Selasa (19/11). Foto: Gery
Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Fais yang turut hadir dalam gelar wicara tersebut mengapresiasi kepada masyarakat yang kini telah mengencarkan peduli lingkungan hijau melalui pengadaan bank sampah. Kendati demikian, ia mengaku masih ada pula sejumlah masyarakat yang kurang sadar akan gerakan lingkungan sehat tersebut.
“Oleh sebabnya, kami terus melakukan berbagai upaya untuk mengedukasi masyarakat Yogyakarta terhadap peduli lingkungan hijau melalui agenda-agenda di setiap lingkungan tingkat RT/RW,” katanya.
ADVERTISEMENT
Fais menambahkan kini pemerintah Kota Yogyakarta sudah mulai mewacanakan regulasi terhadap pengurangan sampah-sampah, terutama plastik sebagai salah satu sampah yang sulit terurai.
“Walaupun begitu sebelumnya kami juga sudah melakukan berbagai program melalui kegiatan-kegiatan masyarakat demi penghijauan lingkungan,” jelas Fais.
(Ludgeryus Angger P)