Terdampak JJLS, Gedung SD N 2 Tepus Dirobohkan dan Listrik Dicabut Mendadak

Konten Media Partner
19 Oktober 2021 12:24 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pembelajaran siswa SD N 2 Tepus, Gunungkidul di Balai Padukuhan Blekonang 1. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembelajaran siswa SD N 2 Tepus, Gunungkidul di Balai Padukuhan Blekonang 1. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Puluhan siswa SD N 2 Tepus terlihat belajar di Balai Padukuhan Blekonang 1 Kalurahan Tepus Kapanewon Tepus Gunungkidul. Dengan ruangan yang terbuka, mereka berbagi dengan siswa yang lain karena bangunan kecil balai padukuhan hanya diberi sekat dari papan triplex.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Balai Padukuhan Blekonang 1 namun pemandangan yang sama juga nampak di Balai Padukuhan Blekonang 2. Jika ada angin berhembus maka seluruh peralatan belajar siswa terhempas, belum kalau hujan air dipastikan masuk karena tampias.
Di saat siswa sekolah lain menyambut gembira dimulainya kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), para siswa SD N Tepus 2 justru mengaku sedih. Gedung yang selama ini mereka gunakan untuk tempat belajar kini sudah tidak ada lagi karena dirobohkan oleh pemborong akibat terkena proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
"Sudah 10 hari terakhir ini mereka belajar di Balai Padukuhan karena tidak ada lagi tempat untuk belajar yang lokasinya memadai," ujar anggota Komite Sekolah SD N Tepus 2, Supriyadi, Selasa (19/10/2021).
ADVERTISEMENT
Para siswa terpaksa belajar di Balai Padukuhan karena mereka belum memiliki gedung sekolah yang baru. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) belum membangunkan gedung baru sebagai ganti gedung lama yang terkena proyek JJLS.
Menurut Supriyadi, apa yang dialami para siswa SD N Tepus murni karena kesalahan dari Disdikipora Gunungkidul. Dinas yang mengurusi mereka tak cepat bertindak membangun gedung baru yang dirobohkan karena terkena proyek JJLS. Mereka membiarkan siswa terkatung-katung tanpa kejelasan.
"Disdikpora itu bagaimana? Kok ndak segera membangun gedung yang baru meskipun mereka telah mengantongi uang ganti rugi bangunan sekolah dari pemerintah. Uang ganti rugi itu sudah diterimakan bertahun-tahun. Dan 4 bulan yang lalu pihak sekolah dan dinas sudah diberitahu agar segera pindah," ujar dia,
ADVERTISEMENT
Anehnya, Disdikpora tidak menggubris pemberitahuan tersebut. Para guru pun tidak mengetahui progres yang terjadi dari program Disdikpora. Merekapun masih menggunakan bangunan lama SD N 2 Tepus untuk kegiatan belajar mengajar.
Para guru justru kaget ketika ada surat pemberitahuan akan adanya pembongkaran gedung SD tersebut sekitar 3 minggu lalu. Pihak pemborong meminta sekolah untuk dikosongkan karena akan segera dirobohkan. Tak hanya itu, listrikpun langsung dicabut padahal saat itu aktivitas pembelajaran masih berlangsung.
"Lha itu para guru waktu akan menyalakan laptop kok tidak bisa. Ternyata listriknya sudah dicabut," kata dia.
Para gurupun lapor ke komite sekolah meminta solusi. Hingga akhirnya komite sekolah kelabakan mencari bangunan untuk pembelajaran. Komite sekolah akhirnya menegosiasi pemborong sekitar 2 minggu. Selama 2 minggu masyarakat sekitar membongkar dokumen yang penting dan memindahkan ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
Untuk beberapa peralatan sekolah seperti meja kursi dan juga papan tulis ataupun almari ditempatkan di balai padukuhan Blekonang 3. Dan dewan guru serta komite sekolah memutuskan melaksanakan pembelajaran di Balai Padukuhan Blekonang 1 dan 2.
"Jarak antar Balai Padukuhan tersebut mencapai 1 kilometer. Tentu itu sangat menyulitkan untuk koordinasi," terangnya.
Sebelum pembongkaran, pihak komite sekolah sebenarnya telah berusaha melakukan koordinasi dengan berbagai pihak mulai dari Kelurahan, Kapanewon, Disdikpora ataupun DPRD Gunungkidul untuk menanyakan kepastian nasib gedung SD N 2 Tepus namun jawabannya mengambang.
Ia memang mengaku mendapatkan informasi bahwa Dikpora mempunyai program meregrouping sekolah tersebut. Wacana itu muncul sejak tahun 2014 lalu dan belum terealisasi sama sekali karena para wali murid dan orangtua menolak rencana tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun demikian regrouping tersebut juga sekedar wacana karena belum ada kepastian. Apalagi dirinya mendengar tahun 2022 nanti sekolah akan menerima tambahan 3 orang guru baru. Hal ini tentu memunculkan pertanyaan lagi apakah regrouping jadi dilaksanakan.
Sebenarnya para wali murid dan juga komite sekolah merasa sangat keberatan jika akan ada regrouping. Karena jarak sekolah yang akan diregrouping dengan SDN Tapos 2 mencapai 4 KM lebih. Tentu ini akan membuat para siswa kesulitan untuk berangkat sekolah.
"Di sini itu banyak yang tidak memiliki motor. Apa anaknya suruh menggendong kalau berangkat sekolah. Kami merasa keberatan dikarenakan tujuan sekolah baru jarak tempuhnya 4 kilometer. Paling dekat di SD Tepus 4 yang terletak di Padukuhan Gembuk," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Komite Sekolah SD N Tepus 2, Sugiran menduga, bahwa Dinas sengaja tidak segera membuatkan gedung baru sebagai pengganti lantaran program regrouping SD N Tepus 2 akan direalisasikan. Namun para wali siswa sangat menyayangkan kebijakan itu lantaran dinilai sangat membebani para wali yang kurang mampu.
"Sekarang kegiatan belajar mengajar di Balai Padukuhan dengan tempat seperti itu adanya. Lokasi pembelajaran tentu tidak layak," katanya.
Saat ini masih ada sekitar 37 siswa yang tersebar di 5 Padukuhan yakni Blekonang 1, Blekonang 2, Blekonang 3, Trosari 1 dan Trosari 2 yang belajar di SD tersebut. Ia mengakui untuk saat ini sudah tidak ada siswa kelas I karena tahun ajaran kemarin tak ada yang mendaftar akibat ketidakpastian adanya gedung baru atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Warga yang mau menyekolahkan masih ragu, dan pihak sekolah juga ragu mau menerima siswa baru karena mereka (guru) tidak bisa mempertahankan," katanya.