2 Calon Bupati Malang Berebut Suara Santri

Konten Media Partner
7 September 2020 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lathifah Shohib (kiri). Foto: Ben
zoom-in-whitePerbesar
Lathifah Shohib (kiri). Foto: Ben
ADVERTISEMENT
MALANG - 2 nama resmi bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Malang tahun 2020. Mereka adalah Lathifah Shohib yang berpasangan dengan Didik Budi Muljono dan Muhammad Sanusi yang berpasangan dengan Didik Gatot Subroto.
ADVERTISEMENT
Lathifah-Didik diusung oleh PKB dan Hanura. Sementara Sanusi-Didik diusung oleh PDIP, NasDem, Demokrat, Golkar, PPP, dan Gerindra.
Perlu diketahui, Lathifah dan Sanusi sama-sama kader Nahdlatul Ulama (NU). Maka, keduanya bakal berebut suara santri di Kabupaten Malang.
Sanusi (tengah). Foto: Ben
"Saya berangkat dari PPAI Ketapang karena itu adalah pondoknya ayah saya," ungkap Sanusi, di Kantor KPU Kabupaten Malang, pada Jumat (4/9/2020).
Bahkan, Sanusi menceritakan jika adiknya kini menjadi menantu kyai di pondok tersebut. "Sampai adik saya juga kecantol di situ menjadi menantunya kyai di situ," bebernya.
Oleh karena itu, alumni UIN Malang ini menegaskan jika keluarganya memiliki sejarah panjang di pondok pesantren tersebut.
Sementara itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Malang, Gus Ali Ahmad, mengatakan jika kubunya sudah didukung oleh Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar.
ADVERTISEMENT
"Pesan dari KH Marzuki Mustamar hanya singkat, beliau berpesan agar kita melihatnya seperti Kyai Bisri Syansuri. Beliau adalah Bu Nyai Lathifah cucu pendiri NU," ungkap Gus Ali, pada Jumat (4/9/2020).
Menurutnya, Kyai Bisri Syansuri adalah seorang nasionalis yang memperjuangkan NU rahmatan lil alamin.
"Secara kultural kyai-kyai NU mendukung, karena pembaiatan ada di Surabaya. Dan yang mendoakan pemberangkatan beliau adalah PWNU Jawa Timur," bebernya.
Bahkan, KH Marzuki Mustamar sendiri yang melakukan prosesi pelepasan. "Awalnya kita lakukan khotmil Quran bin ghoib dan pemberangkatan dilakukan oleh Kyai Haji Marzuki Mustamar sendiri," ujarnya.
Gus Ali mengklaim, jika itu adalah keterpanggilan KH Marzuki Mustamar sendiri.
Menanggapi hal-hal tersebut, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Dito Arief, mengatakan jika pihaknya sudah jauh hari memprediksi perebutan suara santri ini.
ADVERTISEMENT
"Memang sejak awal kita memprediksi jika Pilkada Kabupaten Malang ini adalah Pilkada yang memperebutkan suara santri dan nasionalis," ujar Dito, Senin (7/9/2020).
"Sehingga ini akan menjadi perebutan suara yang sama, tinggal bagaimana dimaksimalkan dengan strategi yang apa," sambungnya.
Menurut Dito, secara struktural Lathifah sudah melakukan langkah yang strategis.
"Dimana beliau sudah melakukan road show di pondok-pondok pesantren besar di Jawa Timur. Dimana ini berpengaruh karena alumni dari pondok-pondok pesantren tersebut banyak juga di Kabupaten Malang," lanjutnya.
Pengaruh dari Ketua PWNU Jawa Timur juga tidak main-main. "Kita juga melihat kemarin himbauan dari KH Marzuki Mustamar. Sehingga visi dari pasangan Lathifah-Didik ini mau mengambil segment struktural dari Nahdliyyin," bebernya.
Dito mengatakan, Lathifah cenderung mendekati struktur NU, sementara Sanusi lebih condong mendekati secara kultural.
ADVERTISEMENT
"Kemarin Pak Sanusi juga berusaha mengambil kultur masyarakat religius di Kabupaten Malang dengan program seribu kyai kampung," sebutnya.
Hal ini membuat pertarungan di Pilkada Kabupaten Malang adalah bagaimana merebut hati masyarakat Nahdliyyin di Kabupaten Malang baik secara kultural maupun struktural.
Sanusi juga mendapatkan keuntungan tersendiri sebagai petahana sekaligus jebolan santri. "Pak Sanusi diuntungkan sebagai petahana, dan masyarakat Kabupaten Malang ini banyak yang mengetahui jika Pak Sanusi ini adalah santri," paparnya.
"Meskipun masih perlu diuji seberapa besar pengetahuan masyarakat Kabupaten Malang terhadap profil Pak Sanusi sebagai santri," imbuhnya.
Sedangkan dari kubu Lathifah, timnya sudah melakukan branding besar-besaran terkait cucu pendiri NU. "Sedangkan di sisi Bu Lathifah ini dari timnya sudah membranding beliau sebagai cucu pendiri NU," bebernya.
ADVERTISEMENT
"Dan juga road show beliau ke pondok-pondok pesantren di Jawa Timur ini merupakan langkah strategis yang belum dilakukan Pak Sanusi," tegasnya.
Sehingga, pondok-pondok di Jawa Timur secara struktural lebih mendukung Lathifah Shohib. "Dan secara struktural dan pengaruh saya lihat pondok-pondok di Jawa Timur dan Malang khususnya lebih menguntungkan Bu Lathifah," ucapnya.
"Kultur masyarakat Nahdliyyin yang paternalistik juga akan mempengaruhi afiliasi dukungan terhadap kedua pasangan calon. Siapa yang didukung oleh kyai-kyai besar dan berpengaruh, tidak hanya di Kabupaten Malang namun juga Jawa Timur, tentunya akan mempengaruhi pilihan masyarakat Nahdiyin di Kabupaten Malang," jelas pria berambut panjang ini.
Dito menjelaskan, karena kultur masyarakat mayoritas adalah nasionalis-religius, pertarungan kedua Calon Wakil Bupati Malang juga berpengaruh.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya setelah pendaftaran, polarisasinya mulai terlihat jelas. Bahwa bukan hanya di masyarakat religius saja yang ditarik, tapi juga masyarakat nasionalisnya," jelasnya.
Karena jika Lathifah mewakili santri/religius. "Maka Pak Didik Budi Muljono ini mewarnai sosok nasionalis," ungkapnya.
"Sedangkan di petahana ada Pak Sanusi yang berangkat dari NU juga dan kalangan santri juga, dan Pak Didik Gatot Subroto yang secara kepartaian dari PDIP yang mencerminkan nasionalis," pungkasnya.