5 Fakta Debat Publik Paslon Bupati Malang

Konten Media Partner
31 Oktober 2020 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
MALANG - Debat Publik Calon Bupati dan Wakil Bupati Malang yang diselenggarakan di Kantor DPRD Kabupaten Malang, pada Jumat Malam (30/10/2020), berjalan cukup seru.
ADVERTISEMENT
Ketiga Pasangan Calon (Paslon) beberapa kali terlihat saling serang dan memaparkan visi misi yang mereka usung masing-masing.
Berikut fakta-fakta menarik jalannya debat antara Paslon Nomor Urut Satu, Muhammad Sanusi - Didik Gatot Subroto (Sandi); Paslon Nomor Urut Dua, Lathifah Shohib - Didik Budi Muljono (Ladub); dan Paslon Nomor Urut Tiga, Heri Cahyono - Gunadi Handoko.
1. Paslon Sandi Datang ke Venue 2 Jam Lebih Awal
Sandi. Foto: Ben
Sebelum acara debat publik dimulai, Paslon Sandi nampak datang lebih awal ke venue acara. Terlihat keduanya ditemani tim suksesnya datang pukul 17.00 WIB. Padahal acara baru akan dimulai pukul 19.00 WIB.
Keduanya nampak memakai baju serasi dengan atasan kemeja putih dan celana hitam, dan sama-sama memakai peci hitam. Setelah mengisi absensi, Paslon Sandi langsung menunju ruangan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
ADVERTISEMENT
Berselang satu jam, Paslon Heri Cahyono dan Gunadi Handoko nampak muncul di pintu masuk lobi Kantor DPRD Kabupaten Malang. Keduanya bersama tim sukses Malang Jejeg hadir satu jam sebelum acara, atau tepatnya pukul 18.00 WIB.
Keduanya kompak memakai kemeja cokelat bertuliskan HC-GH, dan Heri Cahyono tetap dengan topi koboi putih khasnya. Selepas mengisi absensi, keduanya langsung menuju lobi DPRD Kabupaten Malang.
Paslon Ladub sendiri nampak datang paling akhir. Bersama tim suksesnya, keduanya hadir pukul 18.30 WIB.
Lathifah Shohib sendiri datang dengan memakai kerudung dan busana serba hijau khas Nahdlatul Ulama (NU). Sementara Didik datang dengan kemeja putih berhias warna hijau dan peci hitam. Setelah mengisi absensi, keduanya langsung menuju ruangan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
ADVERTISEMENT
2. Sanusi Paling Agresif
Calon Bupati Malang Petahana, Muhammad Sanusi, selama debat terlihat paling agresif. Dia terlihat paling aktif membantah dan memberikan pertanyaan sulit untuk calon-calon lainnya.
Contohnya saat Lathifah Shohib mendapatkan pertanyaan terkait penyelesaian konflik agraria dari panelis. Lathifah menjawab akan memaksimalkan peran BPN.
Menanggapi hal tersebut, Sanusi langsung menyebut jika BPN bukan bagian dari Pemerintah Kabupaten Malang. "Padahal BPN bukan bagian Pemkab, lalu konflik ini belum bisa tertangani," ucapnya.
Didik Budi Muljono langsung menjawab sanggahan Sanusi tersebut dengan mengatakan jika kerjasama dengan BPN untuk menyelesaikan konflik hak waris dan lainnya. Sehingga bukan memanfaatkan tapi berkoordinasi dengan BPN termasuk camat, Kades, dan lainnya.
Tak berhenti disitu, saat Heri Cahyono ditanya oleh panelis terkait kebijakan untuk pariwisata Malang selatan dan masyarakat lokal, Heri Cahyono menjawab akan membangun pariwisata dengan konsep budaya, sehingga dia akan membuat industrialisasi pariwisata dengan melibatkan masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT
Sanusi menanggapi jawaban tersebut dengan pesimistis. "Saya kok pesimis anda tidak menguasai medan, karena pantai selatan milik negara bukan masyarakat. Jadi masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah," ucapnya.
3. Heri Cahyono dan Sanusi Paling Sering Berseteru
Dalam debat semalam, terlihat Muhammad Sanusi dan Heri Cahyono sering terlibat perang pendapat.
Contohnya saat Sanusi mendapatkan pertanyaan dari panelis terkait pengembangan pemuda dan perempuan. Dia menjawab akan mengembangkan keduanya agar bisa menciptakan kesejahteraan. Program tersebut akan dibingkai dalam Malang Milenial Kreatif.
Menanggapi jawaban tersebut, Heri Cahyono mengaku tidak pernah disentuh Pemkab Malang selama menjadi pengusaha muda asal Kasembon.
"Saya adalah contoh pemuda kreatif dari Kasembon, tapi saya tidak pernah disentuh dari Pemerintah Kabupaten Malang. Karena kendalanya tidak pernah ada data pemuda di sana," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Menjawab pernyataan Heri, Sanusi sempat mengacungkan jempol sambil mengatakan Top. Sanusi lalu mengatakan visi misinya jika terpilih menjadi Bupati Malang.
"Jika saya terpilih saya akan membuat diklat dan hadir ke desa-desa. Dan sudah ada pemuda 23 tahun yang sudah menghasilkan berdasarkan pembinaan kita," ucapnya.
Lalu, saat Heri Cahyono mendapatkan pertanyaan dari panelis terkait kebijakan untuk memperkuat kerukunan beragama, dia mengatakan retaknya kerukunan beragama adalah karena dipicu Pilpres 2019. Dia menganggap, negara gagal hadir dan gagal menyatukan masyarakat.
"Jika kami menjadi maka kami akan menjadi jembatan penyambung antar agama maupun inter agama," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Sanusi mengatakan jika Paslon yang diusung Malang Jejeg ini selalu menyerang pemerintah.
"Dari jawabannya terkesan selalu negara tidak hadir. Ini bisa memprovokasi masyarakat pada NKRI karena melemahkan nilai-nilai Pancasila," sebutnya.
ADVERTISEMENT
4. Lathifah Paling Tenang
Ladub. Foto: Ben
Selama jalannya debat, terlihat Lathifah Shohib adalah sosok yang paling tenang dan jarang terpancing emosi. Dia juga terlihat paling sedikit menyerang Paslon lain dan lebih banyak menanyakan visi misi Paslon lawannya.
Contohnya saat disinggung oleh Sanusi terkait penyelesaian konflik agraria lewat BPN, Lathifah lebih memilih menjelaskan kembali maksudnya.
"Saya memang menjawab memaksimalkan fungsi BPN, dan tugas BPN itu bagaimana membantu masalah pertanahan diselesaikan," jelasnya.
5. Heri Cahyono Tidak Puas dengan Debat
Heri Cahyono - Gunadi Handoko. Foto: Ben
Usai debat, Heri Cahyono menilai jika waktu yang diberikan KPU Kabupaten Malang untuk membahas satu topik terlalu singkat.
"Kalau debat hari ini ya seperti inilah kalau jawaban cuma dikasih waktu satu menit. Jadi gak bisa mencapai kedalaman masing-masing Paslon," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Tapi memang negara hanya menyediakan waktu segitu, jadi kalau dianggap kurang puas ya memang kurang puas," sambungnya.
Sementara Sanusi menilai, waktu yang diberikan KPU Kabupaten Malang sudah sesuai. "Untuk waktu saya kira cukup, karena KPU bersama timnya sudah menilai responsif dari masing-masing calon itu agar cepat dan tepat dalam mengambil sikap," ucapnya.
Senada dengan Sanusi, Lathifah Shohib juga tidak mempermasalahkan waktu satu menit untuk menjawab pertanyaan.
"Setiap Paslon diberikan waktu satu menit, tentu itu sangat terbatas sekali. Namun kami sudah puas. Visi dan misi besar kami sudah kami sampaikan pada debat pertama," bebernya.