Alasan Kampus Jarang Melahirkan Pengetahuan Baru

Konten Media Partner
30 Juli 2019 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Suasana diskusi di Wisma Kalimetro, Kota Malang, Senin malam (29/7).Foto : Rinno Hayyu S/tugumalang.id
TUGUMALANG.ID-Dunia pendidikan seperti tidak pernah tuntas dari masalah. Tidak hanya masalah teknis seperti penerimaan siswa baru dan zonasi, namun juga terkait sistem pembelajaran dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini menjadi sorotan Darmaningtyas, pengamat pendidikan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pengamatannya, tidak lepas dari dinamika Indonesia menjelang 74 tahun ini. Pertama, Darmaningtyas melihat adanya dogma agama yang berlebihan dalam dunia pendidikan. Kedua, kurangnya dialektika terhadap madzhab berpikir dalam kampus. Terakhir, persaingan golongan dalam mencapai posisi tertentu."Dalam prakteknya hal itu masih ditemui di Indonesia," ucap Darmaningtyas saat ditemui tugumalang.id di sela acara diskusi pendidikan di Wisma Kalimetro Malang, Senin malam (29/7).
Khususnya pengamatan tentang perkembangan pengetahuan di kampus Indonesia. Kurangnya dialektika dan berlebihannya dogma agama membuat kemampuan mahasiswa dalam menemukan hal baru sangat minim. Ia berpendapat jika ilmu pengetahuan akan berkembang jika para akademisi memperkuat rasionalitas."Artinya perdebatan pengetahuan sangat kurang, sehingga kampus tidak banyak melahirkan pengetahuan baru," imbuh penulis buku Melawan Liberalisme Pendidikan.
ADVERTISEMENT
Darmaningtyas menyebut jika pembelajaran di kampus tetap berlangsung seperti ini, dikhawatirkan pendidikan malah mengungkung. Hal tersebut semakin tidak kemerdekaan pikiran mahasiswa. Senada dengan Darmaningtyas, pendiri kampus desa, Mohammad Mahpur menerangkan jika banyak praktik pendidikan yang bisa membebaskan belenggu formalistik. Yakni dengan membuat pendidikan alternatif. Dengan demikian, peserta didik atau warga belajar akan menjadi subyek pembelajaran. "Bukan terus menerus menjadi obyek, tapi siswanya semakin banyak melahirkan pengetahuan baru karena sesuai dengan kebutuhan belajarnya masing-masing," pungkas Mahpur.
Reporter : Rino Hayyu S
Editor : Irham Thoriq