Banjir Bandang Masih Berpotensi Terjadi di Kota Batu

Konten Media Partner
12 November 2021 14:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan terdampak banjir bandang di Kota Batu. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Lahan terdampak banjir bandang di Kota Batu. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
BATU - Berdasarkan hasil penelusuran Perum Jasa Tirta (PJT) I menggunakan drone, ada tiga titik di kawasan hulu Sungai Brantas yang semula hutan lindung berubah menjadi lahan terbuka alias gundul. Tiga titik itu seperti di Pusung Lading, Alas Pengking, dan Sumbergondo.
ADVERTISEMENT
Dirut PJT I, Raymond Valiant Ruritan, menyimpulkan bahwa penggundulan hutan ini berperan besar dalam terjadinya banjir bandang karena minimnya tutupan lahan yang ada. Kondisi itu memungkinkan erosi tanah di sana terjadi sejak lama hingga sedimennya mengendap dan terbawa aliran air hujan dengan intensitas tinggi.
''Di Pusung Lading itu hutan tidak lagi rapat. Di Alas Pengking bawahnya itu kami melihat pemanfaatan lahan di kanan kiri aliran sungai. Curah hujan juga adalah faktor, tapi bukan yang utama,'' kata dia, pada Jumat (12/11/2021).
Dirut PJT I, Raymond Valiant Ruritan. Foto: Ulul Azmy
Raymond menyebutkan bahwa perubahan tata lahan di sejumlah titik di kawasan hulu digunakan untuk pemanfaatan lahan non-lindung. Khususnya paling masif ada di Pusung Lading dan Glagah Wangi yang beralih fungsi menjadi kawasan pertanian.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, kondisi gundulnya kawasan tersebut membuat aliran air tidak bisa diresapkan ke tanah sehingga masuk ke sungai dengan membawa sedimentasi dan sampah hutan. Akhirnya, aliran air tersumbat kemudian tidak sanggup menampung aliran air hingga kemudian meluap dan menjadi air bah.
Raymond menambahkan, alih fungsi lahan di hulu Sungai Brantas ini cukup masif. Jika diperkirakan, saat ini jumlah tutupan lahan atau vegetasi alami di sepanjang Sungai Brantas tersisa 19-25 persen. Padahal, idealnya harus lebih dari 30 persen.
Sebab itu, dia mengimbau agar kewaspadaan terus hinggap di benak masyarakat. Mengingat proses untuk melakukan rehabilitasi sudah terlambat alias membutuhkan waktu panjang yang tidak mungkin dilakukan sekarang.
''Misal mau lakukan penanaman sekarang kan sudah terlambat ya, sedang musim hujan dan tidak tahu apa bisa bertahan. Saya kira yang penting sekarang adalah kewaspadaan,'' tegasnya.
ADVERTISEMENT
"Untuk penanaman dan lain-lain saya kira perlu diprogramkan dalam jangka waktu panjang secara bertahap. Lalu perubahan tata lahan juga sebaiknya dikurangi," tandasnya.