Bedah Buku KH Oesman Mansur, Tekankan Peran Penting Kaum Milenial

Konten Media Partner
27 Oktober 2020 19:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Airlangga Pribadi, Ph.D (dua dari kanan), CEO The Initiative Institusmte sekaligus Pengajar Departemen Politik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya. foto: dokumen.
zoom-in-whitePerbesar
Airlangga Pribadi, Ph.D (dua dari kanan), CEO The Initiative Institusmte sekaligus Pengajar Departemen Politik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya. foto: dokumen.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Airlangga Pribadi, Ph.D, CEO The Initiative Institusmte sekaligus Pengajar Departemen Politik, FISIP, Universitas Airlangga menjabarkan peran kaum milenial di era demokrasi perihal intoleransi agama yang belakangan menjadi problematika bangsa.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan kaum muda menjadi sasaran utama dalam perkembangan isu intoleransi maupun ekstrimisme keagamaan. Melalui institusi pendidikan ataupun komunitas anak muda. Yang jika dibiarkan terus menyebar akan berdampak pada keseimbangan negara demokrasi.
"Kaum milenial ini berperan penting untuk memajukan gagasan demokrasi agar kemudian tidak mengalami alienasi dari proses bersama dalam politik," ujarnya saat menjadi narasumber dalam giat bedah buku KH Oesman Mansoer yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang (FEB UNISMA), Senin (26/10).
Hal ini berkaitan dengan peran pemuda dalam merumuskan gagasan kebangsaan. Sehingga, tidak ikut terseret dalam wacana ekstrimisme keagamaan yang muncul dalam arus besar globalisasi.
"Kedua, juga karena demokrasi adalah bagian utama dari perintah keagamaan, bagian penting dari iman sehingga tidak perlu risau dan galau untuk merangkul demokrasi sekaligus memperjuangkannya," jelas Airlangga.
ADVERTISEMENT
Karenanya, ia sangat merekomendasikan buku berjudul "Islam dan Kemerdekaan Beragama" tersebut untuk dibaca oleh kaum milenial. Ibarat kata, meskipun tampilan bukunya tipis namun isinya energi semua. Membahas bagaimanan pentingnya kebebasan dan kemerdekaan beragama. Sehingga tidak ada lagi superioritas yang memaksa seseorang untuk beragama tertentu.
Sebelumnya, diketahui kegiatan yang berlangsung semarak itu, dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari mencuci tangan, memakai masker serta menjaga jarak.
Turut hadir sebagai narasumber lainnya ialah, Prof. Dr. Zainuddin, Ahli Sosiologi Agama. Pdt. Chrysta Andrea, pengajar di Institusi Pendidikan Teologi Balewiyata, GKJW Malang. Alissa Wahid, Koordinator Nasional Gusdurian serta Irham Thoriq Aly, CEO Tugumalang.id serta Direktur Penerbit Kota Tua selaku moderator. (ads)