Bertemu Istri Teroris Ali Kalora di Lapas Malang

Konten Media Partner
7 Agustus 2019 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tini Susanti, napi terorisme di Lapas Kelas IIA Malang. Foto: Gigih Mazda/tugumalang.id
zoom-in-whitePerbesar
Tini Susanti, napi terorisme di Lapas Kelas IIA Malang. Foto: Gigih Mazda/tugumalang.id
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Tini Susanti Kaduku tampak sibuk dengan peralatan dapur di salah satu ruangan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Malang, Selasa (6/8). Ia terlihat bercengkerama dengan rekan-rekan satu binaan, didampingi petugas lapas, mereka tengah memasak bersama.
ADVERTISEMENT
Sesaat setelah itu, bersama Kalapas Ika Yusanti, ia bersedia diwawancara oleh wartawan tugumalang.id. Siti tampak berjalan dari balik tembok, Kalapas tampak menuntun Tini sembari memegang tangannya. Tini tampak masih mengenakan hijab dan cadar berwarna serba gelap, serba hitam dari ujung kaki hingga ujung kepala. Hanya kedua matanya yang terlihat dari balik cadar yang menutupi mulut, hidung, dan pipinya.
Tini Susanti dan Kalapas Ika Susanti di Lapas Kelas IIA Malang. Foto : Gigih Mazda/tugumalang.id
Tini adalah sosok istri dari pemimpin jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora. Kelompok tersebut merupakan kelompok teroris yang bermarkas di pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.
Meski sebagai istri seorang teroris, ia menyatakan bahwa dulu, ia masih merayakan kemerdekaan Indonesia. "Ya waktu kecil dulu, waktu masih SD," jawab Tini. Ia menjelaskan bahwa saat momen 17 Agustus dulu, ia sering kali bermain dengan teman-teman lainnya. "Kalau lomba saya kurang ikut, tapi main-main saja," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika disinggung terkait kemerdekaan Indonesia saat ini, ia tidak bisa berkomentar. Ia terlihat diam, Kalapas yang mendampingi pun langsung membantu Tini agar pertanyaan tersebut dilewati.
Meski demikian, bukan berarti Tini tidak peduli terhadap negara Indonesia, buktinya ia tetap berharap bahwa Indonesia menjadi lebih baik di masa depan. "Harapan untuk Indonesia ya agar semakin lebih baik lagi," lanjutnya.

Pulang Kampung, Akan Mencoba Berbisnis

Tini Susanti sendiri dijadwalkan akan bebas pada November 2019 mendatang. Ia menyatakan, bahwa usai ia bebas, dirinya ingin kembali ke Poso dan merawat anaknya dan memulai mencoba bisnis dari keterampilan yang didapat di dalam lapas.
"Ya, kembali menjalani kehidupan. Sama bisa mengurus anak dengan baik. Insya Allah bisa menjadi ibu yang lebih baik," ujar Tini. Ia menjelaskan bahwa salah satu keterampilan yang ia dapat adalah membuat kue. Itulah bisnis yang akan ia coba usai bebas nanti. "Alhamdulillah kalau sekarang sudah bisa bikin kue. Seperti bolu, kue tart, atau roti," lanjutnya.
ADVERTISEMENT

Deradikalisasi Perlahan

Terpisah, Kalapas Ika Yusanti menjelaskan bahwa proses deradikalisasi pada napi teroris tersebut memang harus bertahap dan perlahan. "Kalau napiter (narapidana teroris) itu tidak bisa dipaksa. Seperti Tini itu, kita kan juga memberikan wawasan kepada Tini tentang keberagaman," ujar Ika.
Ia mencontohkan bahwa belajar keberagaman itu adalah dengan cara membaurkan Tini dengan warga binaan lain. "Jadi kami memberikan wawasan bahwa Indonesia itu bukan hanya kelompoknya dia. Ada yang keturunan Chinese, ada juga Kathlyn Dunn yang orang luar. Itu, agar dia berbaur," ujarnya.
Kathlyn Dunn merupakan Warga Negara Afrika Selatan yang berusaha menyelundupkan narkotika jenis sabu sebanyak 2,6 kilogram ke Indonesia pada 2012.
"Jadi, itu pasti bertahap. Itu mencoba memengaruhi wawasannya. Tapi saya tidak mau mendikte. Seperti contohnya memasak, dia terus diajari keberagaman. Kemudian dia dicampur dengan Kathlyn yang merupakan orang Barat, sama orang Jawa keturunan China. Kita ajak mereka berbaur. Dengan harapan akhirnya dia memahami dengan sendirinya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Gigih Mazda Editor: Irham Thoriq