Bincang Santai Bahas Nasionalisme Rektor UIN Malang dengan Wakapolda Jatim

Konten Media Partner
5 Mei 2021 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor UIN Malang Prof Haris (kanan) bersama Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo. dok
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UIN Malang Prof Haris (kanan) bersama Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo. dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Selama bulan Ramadhan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Malang) menggelar Syiar Ramadhan dengan mendatangkan beberapa tokoh pejabat.
ADVERTISEMENT
Kali ini, UIN Malang melakukan live streaming melalui youtube UIN Malang bersama Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo. Bincang santai mengangkat tema Upaya Meningkatkan Nasionalisme Pemuda.
Rektor UIN Malang Prof Haris mengatakan melakukan silaturahmi kepada para tokoh masyarakat, pejabat publik. Dengan mengunjungi pejabat kepolisian bertujuan agar generasi muda khususnya mahasiswa, lebih meningkatkan nasionalisme kepada negara Indonesia.
" Kami dari kampus ingin membahas terkait dengan nasionalisme untuk para pemuda, sehingga memiliki nasionalisme yang kuat selain mereka meniti karir dalam bidang keilmuan juga kuat nasionalismenya karena merekalah yang akan melanjutkan cita cita bangsa ini,"terangnya.
Sementara itu, Brigjen Pol Slamet Hadi Supraptoyo mengatakan nasionalisme merupakan sebuah paham yang harus ditanamkan kepada kita semua bangsa agar bisa bangga dan mencintai negara.
ADVERTISEMENT
"Atau mungkin bisa dibilang cinta terhadap tanah air Indonesia dan cinta kepada negara Indonesia ini harus dipelihara terus,"terangnya.
Peran pendidikan tentunta dalam mengembangkan nasionalisme, pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap nasionalisme di Indonesia. Pendidikan merupakan fondasi bagi para pemuda memahami nilai-nilai Pancasila yang kemudian bisa mereka terapkan di masyarakat dengan baik.
"Sejarah bangsa dalam konteks pendidikan tentunya juga harus dipahami oleh para anak didik. Di situ akan diketahui bagaimana perjuangan bangsa menjadi negara yang berdaulat. Jika pendidikan sejarah itu tidak ada, maka para penerus tentunya tidak akan mengetahui perjuangan dan betapa beratnya para pendahulu dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dan ini harus ditanamkan sejak dini,"ungkapnya.
Dia menyebutkan melalui pendekatan budaya juga berpengaruh terhadap generasi penerus. Mereka harus memahami budaya, seni yang akan membentuk karakter.
ADVERTISEMENT
"Potensi yang dimiliki tentunya sebagai salah satu modal dalam membangun karakter. Pendekatan budaya juga bisa menanamkan pendidikan nasionalisme di anak muda sekarang. Perguruan Tinggi jangan hanya sebagai laboratorium pendidikan saja artinya juga kita buatkan untuk laboratorium kemanusiaan,"bebernya.
Menurutnya, keramahan budaya dan keguyuban Indonesia memang tak telah dirasakan oleh para warga asing yang berada di Indonesia. Tetapi pengakuan tersebut sebenarnya justru menjadi tantangan bagi Indonesia.
"Artinya jangan hanya bangga melihat orang asing yang sudah bisa memahami budaya di Indonesia. Tapi patut diwaspadai adalah bagaimana masyarakat sendiri justru kehilangan kebanggaan terhadap bangsa sendiri di saat masyarakat asing mengakui dan merasakan kebanggaan terhadap budaya Indonesia,"ungkapnya.
Wakapolda menghimbau kepada seluruh generasi muda untuk selalu menanamkan rasa nasionalisme dan bangga terhadap bangsa sendiri. Sebab, Indonesia kaya akan keaneragaman suku dan budaya.
ADVERTISEMENT
"Jangan malah yang ada di Indonesia, dengan perubahan dan pengaruh globalisasi malah lupa. Nah ini yang harus kita antisipasi, yang harus ditanamkan orang luar saja bangga dengan budaya kita, tapi mengapa kita sendiri justru sudah mulai luntur dengan nasionalisme,"pungkasnya. (ads)