BMKG Gelar Simulasi Gempa 9,1 SR, Malang Selatan Bisa Hancur?

Konten Media Partner
7 Oktober 2020 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BMKG dan BPBD Kab Malang saat uji coba alat WRS melalui simulasi gempa buatan berkekuatan 9,1 SR sebagai langkah mitigasi kesiapsiagaan hadapi bencana. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
BMKG dan BPBD Kab Malang saat uji coba alat WRS melalui simulasi gempa buatan berkekuatan 9,1 SR sebagai langkah mitigasi kesiapsiagaan hadapi bencana. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
MALANG - Potensi gempa bumi berpotensi tsunami di pantai selatan Jawa yang diprediksi hasil riset ITB, membuat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Malang bersiap siaga.
ADVERTISEMENT
Langkah mitigasi kesiapsiagaan dilakukan dengan menggelar simulasi bertajuk Indian Ocean Wave Exercise (IOWave20), pada Selasa (5/10/2020).
Simulasi digelar secara virtual melibatkan 24 negara di Samudera Hindia. Sementara di Indonesia, simulasi diikuti 97 BPBD di seluruh provisi di Indonesia.
Simulasi yang digelar rutin 2 tahunan ini, memakai skenario gempa buatan berkekuatan 9,1 SR.
Di Malang, titik gempa diasumsikan di Pantai Sendang Biru. Jika terjadi? Hasilnya, potensi tsunami sangat besar dan Malang Selatan akan hancur.
''Apalagi pantai di Malang Selatan itu flat dari Pantai Tamban hingga Ngliyep. Jalur Lintas Selatan (JLS) jelas sudah gak aman, padahal itu satu-satunya jalur evakuasi,'' ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD, Iksan Hadi.
ADVERTISEMENT
Melihat dampak bencana yang hebat itu, simulasi dilakukan untuk memantapkan rantai koordinasi penanganan bencana lintas pihak. Selain itu, juga sebagai uji coba kesiapan alat deteksi gempa tsunami milik BMKG yakni Warning Receiver System (WRS).
''Simulasi ini sangat penting biar sewaktu-waktu kejadian, kita sudah terlatih mengambil langkah. Kalau ada potensi, masyarakat sudah siap dan tidak panik. Seperti konsep yang sudah dikenal yakni 10:10:20 atau 20:20:20,'' jelasnya.
''Itu artinya, 10 detik usai peringatan untuk segera evakuasi, karena 10 detik lagi mungkin ada tsunami dan mencari ke dataran tinggi sekitar 20 meter. Kalau dari BNPB 20 detik, 20 menit, dan 20 meter,'' paparnya.
Dari sini, evaluasi kinerja tim saat penanganan bencana bisa didapat.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, antisipasi juga dilakukan BPBD Malang seperti mempersiapkan Desa Tangguh Bencana (Destana).
Kata dia, ada 18 desa di 6 kecamatan di Kabupaten Malang yang berpotensi terdampak paling parah. Namun dari sekian desa itu, hanya ada 4 Destana yang tangguh bencana yakni Ngliyep, Sitiarjo, Tambak Asri, dan Harjokuncaran.
''Belum seluruhnya maksimal. Yang siap hanya 15 persen. Jika ditotal, dari 378 desa yang ada hanya 41 desa yang tangguh bencana. Sisanya belum juga jalur evakuasi kurang menyeluruh itu juga terkendala kurangnya APBD,'' bebernya.