BPBD Jatim: Bantuan Pakaian untuk Korban Erupsi Gunung Semeru Sudah Overload

Konten Media Partner
13 Desember 2021 20:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan menunjukkan bantuan dalam rupa pakaian yang tampak menggunung di gudang penyimpanan bantuan Kantor Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Foto/Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Relawan menunjukkan bantuan dalam rupa pakaian yang tampak menggunung di gudang penyimpanan bantuan Kantor Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Foto/Azmy
ADVERTISEMENT
LUMAJANG - Posko bencana erupsi Gunung Semeru berharap donatur untuk tidak lagi menyumbang bantuan dalam bentuk pakaian, terutama pakaian bekas. BPBD Jatim menyebutkan, bantuan lebih baik dirupakan untuk kebutuhan urgen lain. Seperti perlengkapan tidur, peralatan mandi, pakaian dalam, peralatan dapur atau bahan bangunan.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan Manajer Pusdalops BPBD Jawa Timur Dino Andalananto, bahwa stok bantuan dalam bentuk pakaian sudah overload, bahkan relatif tidak tersentuh. Selain harus memilah pakaian yang layak, sejumlah warga juga tidak banyak yang tertarik.
''Kami harap bantuan pakaian disetop. Karena fokus bantuan saat ini adalah terkait pembangunan hunian tetap dan juga hunian sementara. Kalau untuk kebutuhan dasar diperkirakan masih cukup hingga 2 bulan kedepan,'' kata Doni kepada reporter, Senin (13/12/2021).
Pantauan reporter di gudang Posko penyimpanan di Kantor Kecamatan Pronojiwo, bantuan dalam rupa pakaian memang melimpah-ruah. Tampak puluhan bal karung isi pakaian menggunung. Memenuhi hampir seperempat luasan gedung.
Dino menuturkan jika bantuan dalam rupa pakaian ini sebaiknya dihentikan karena khawatir malah akan jadi limbah. ''Sebaiknya disetop saja. Bahkan posko kami di Surabaya untuk baju juga sudah kami setop,'' tambah dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pihaknya juga mengimbau agar dalam proses penyerahan bantuan lebih baik diserahkan di posko yang sudah ada. Belakangan, banyak juga yang nekat mendistribusikan langsung bantuan ke tangan warga dengan datang langsung ke lokasi.
Namun, hal itu berdampak pada lalu lintas petugas evakuasi karena menimbulkan kemacetan. Belum lagi, datang banyak 'wisatawan' yang nekat datang ke dekat aliran lahar hanya untuk berswafoto alias selfie-selfie.
''Padahal sudah kami blokade, dipasangi garis polisi. Tapi masih banyak juga yang nekat datang dan foto-foto. Padahal itu zona merah. Takutnya kalau ada apa-apa nanti mengganggu jalur evakuasi. Jadi kami mohon empatinya,'' paparnya.
Sejauh ini, aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih belum digolongkan aman. Status gunung berapi tertinggi di Jawa ini masih Level II Waspada. Warga juga masih direkomendasikan untuk tinggal di pengungsian, setidaknya hingga masa tanggap darurat bencana selesai pada 17 Desember 2021.
ADVERTISEMENT