Cerita Eka, Pemilik Warung Terapkan Bayar Suka-Suka di Hari Jumat

TUGU MALANG ADMIN
Jernih dan Mendalam Mengabarkan Tentang Malang Raya, Partner Resmi kumparan Start Up 1001 Media Online, Email: [email protected]
Konten dari Pengguna
11 Februari 2019 20:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TUGU MALANG ADMIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Puspita Agung Eka saat di foto di depan warung makannya, senin (9/2).
Jika melintasi daerah Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, tidak sulit mencari warung makan milik Puspita Agung Eka. Lantaran, di bagian depan, terdapat tulisan yang cukup menonjol. Tulisan itu adalah Setiap Jumat Bayar Seikhlasnya, Ayo Beramal. Jum’at Berkah, Ayo Sedekah.
ADVERTISEMENT
Di atas tulisan ini, terdapat Ayam Ngamok, yang merupakan brand dari Puspita Agung Eka. Sesuai namanya, warung yang berdiri sejak awal 2017 ini menjual aneka olahan ayam. Sekitar satu jam wartawan tugumalang.id ini berada di warung ini pada senin (11/2), hilir mudik pembeli tidak pernah surut. Mayoritas pembelinya adalah mahasiswa.
Ketika itu, wartawan tugumalang.id ditemui langsung oleh Puspita Agung Eka. Dengan jujur, dia tidak mengelak kalau awalnya program bayar suka-suka di hari jum’at itu adalah bagian dari strategi marketing.”Karena saya sebelumnya kerja di dealer mobil sebagai marketing, makanya saya terapkan ilmu dari sana,” kata alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Dia menyebut awalnya program ini sebagai strategi marketing, karena di awal-awal, dia hanya menerapkan bayar suka-suka untuk makanan saja.”Sedangkan untuk minuman tetap bayar normal, makanya ini kami sebut sebagai strategi marketing,” imbuh pria 29 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, sejak sebulan yang lalu, Agung Eka menerapkan program ini sepenuhnya. Yakni, untuk makan dan minum, ketika hari jum’at, kostumer bayar suka-suka.”Kalau sejak sebulan yang lalu sudah sepenuhnya lillah (karena Allah,red),” imbuh pria dua orang anak ini lantas tertawa.
Dalam menjalankan program ini, dia menjelaskan kalau setiap kostumer yang masuk ke dalam warungnya, akan ditawari apakah ikut bayar suka-suka, atau bayar normal.”Kalau bayar suka-suka, dimasukan ke kotak amal ini,” imbuhnya sambil menunjukkan kotak amal itu.
Nah, uang yang dikumpulkan dari kotak amal itu, akan disalurkan ke yang berhak. Kadang, Agung Eka menyalurkannya ke panti asuhan, lembaga amil zakat, infak, dan shadaqoh (lazis).”Jadi intinya program ini mengajak orang lain berbagi,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah program ini menggerus pendapatan warung? Agung Eka menyebut kalau pendapatan warungnya di hari jum’at tidak berkurang. Bahkan, anehnya, pendapatan di hari jum’at justruk meningkat.”Jadi di hari jum’at ini pembeli semakin banyak, ada yang niat sedekah, tapi kostumer yang tidak ikut program sedekah juga banyak,” ucapnya.
Melalui gawainya, dia lantas menunjukan pendapatan hari jum’at di warungnya. Total pendapatannya sekitar Rp 6 juta.”Sedangkan pendapatan untuk program sedekah sekitar satu juta, ini uangnya,” katanya.
Lalu, dia membuka rekapitulasi di hari sebelumnya, yang omsetnya justru lebih kecil dari Rp 6 juta.”Ini cuman dapat empat juta,” kata dia. Karena itulah, Agung Eka sering heran ketika pendapatan di hari jum’at justru meningkat, padahal ada program bayar suka-suka.”Mungkin karena yang menentukan untung dan tidak itu bukan kita ya, tapi Allah,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Membaca cerita di atas, apakah Anda tertarik makan di warung Agung Eka sambil bersedekah?.
Reporter : Irham Thoriq
Puspita Agung Eka menjual enaka olahan ayam. Awalnya, program bayar seikhlasnya merupakan strategi marketing, tapi saat ini sudah murni untuk program sosial.