Cerita Paguyuban Buddha di Malang Berbagi Takjil Gratis Sejak 1998

Konten Media Partner
10 Mei 2019 10:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga sedang mengantri untuk mendapatkan takjil dan sepiring nasi yang disediakan oleh Paguyuban Metta, Kamis (9/5). (foto: Rezza Doa Lathanza/Tugu Malang),
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga sedang mengantri untuk mendapatkan takjil dan sepiring nasi yang disediakan oleh Paguyuban Metta, Kamis (9/5). (foto: Rezza Doa Lathanza/Tugu Malang),
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Langit sudah mulai gelap pada Kamis sore (9/5). Beduk magrib sudah hampir tiba. Beberapa orang terlihat berbaris di sebuah tempat persis di samping Vihara Bodhimanda Sanggar Suci, Lawang, Malang, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Rupanya, mereka sedang mengantre untuk mengambil takjil dan sepiring nasi yang telah disiapkan oleh Paguyuban Metta. Paguyuban yang mayoritas anggotanya adalah umat Buddha, tapi ada juga anggotanya yang berasal dari kalangan agama lain, seperti Kristen, Katolik, Islam, dan Hindu.
Aktivitas memberi takjil dan sepiring nasi gratis kepada umat Islam yang sedang berpuasa ini sudah berlangsung sejak 21 tahun lalu. Mereka yang mengambil takjil dan sepiring nasi itu adalah warga sekitar hingga orang yang sedang melintas di Jalan Dr Wahidin, Lawang.
Kegiatan ini bermula pada 1998, ketika baru terjadi krisis moneter, yang menyebabkan masyarakat kekurangan bahan pokok.
”Kebetulan dulu kegiatan semacam ini menjadi salah satu bentuk bakti sosial Paguyuban Metta, saat itu kebutuhan pokok mahal,” ucap Winantea Listiahadi, Rohaniawan Pondok Metta, kepada wartawan tugumalang.id, media online partner resmi kumparan.
Suasana pembagian takjil berbuka puasa oleh Paguyuban Metta, Kamis (9/5).(foto: Rezza Doa Lathanza/Tugu Malang),
Saban hari, paguyuban ini menyediakan menu berbuka puasa sebanyak 200 porsi. Menunya, berbeda-beda. Lalu, dananya dari mana?.
ADVERTISEMENT
"Uangnya ini semua dari arisan Paguyuban Metta yang kita depositkan khusus untuk bulan puasa," terang Winantea.
Paguyuban Metta ini sendiri terdiri dari berbagai kumpulan lintas agama dan ras. "Adanya paguyuban ini menambah rasa toleransi kita terhadap sesama meskipun latar belakang agama kita berbeda," imbuh Rohaniawan Buddha Vihara itu.
Winantea Listiahadi, Rohaniawan Pondok Metta (kanan), ikut membagikan menu takjil. (foto: Rezza Doa Lathanza/Tugu Malang),
Sebab, selain menggembirakan bagi yang menerima, momen ini juga menggembirakan bagi umat agama lain yang ikut memberi. Mereka terlihat begitu enjoy saat memasak, menyiapkan makanan, hingga membagikannya.
"Saya sendiri yang bukan Agama Islam senang berbagi sesama. Saya merasakan damai dengan perbedaan yang ada, sehingga rasa saling menghormati semakin tinggi," imbuh pria 72 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Sejak 1998 sampai 2002, menurut Winantea, acara pembagian takjil dilakukan di Vihara Bodhimanda Sanggar Suci, Lawang. Namun pada 2002,, ketika paguyuban mempunyai tempat sendiri, pembagian menu buka puasa tersebut dilakukan di tempat milik paguyuban.
Sejumlah warga lintas iman ikut menyiapkan takjil yang dilakukan oleh Paguyuban Metta. (foto: Rezza Doa Lathanza/Tugu Malang),
Dalam kegiatan ini, polisi dari Polsek Lawang turut andil dalam menjaga ketertiban selama pembagian takjil gratis berlangsung.
"Kami setiap harinya selalu mengontrol kegiatan pembagian takjil gratis, melihat antusias warga yang datang ke lokasi cukup banyak, adanya kami di sini memberikan pelayanan ke masyarakat agar merasa aman dan nyaman selama berbuka puasa," ucap Bribda Royanald Donna Febrianto, Anggota Unit Lantas Polsek Lawang.
Umat muslim melaksanakan buka puasa bersama di kompleks Paguyuban Metta, di Lawang, Kabupaten Malang.(foto: Rezza Doa Lathanza/Tugu Malang),
Sementara itu, salah seorang umat Islam yang ikut mengambil makanan, Rully, merasa terbantu dengan adanya aktivitas ini. "Saya mulai dari kecil setiap tahunnya selalu ikut kegiatan ini, senang bisa berbuka bersama," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Rezza Doa Lathanza Editor: Irham Thoriq