Daya Saing Digital Indonesia Masih Rendah

Konten Media Partner
28 Maret 2020 11:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
East Ventures Insight Report. Foto: dok.
zoom-in-whitePerbesar
East Ventures Insight Report. Foto: dok.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan membaiknya infrastruktur digital di seluruh wilayah Nusantara, serta tingginya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, membuat penetrasi internet terus meningkat. Membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik untuk ekonomi digital.
ADVERTISEMENT
Terlebih, jumlah penduduk Indonesia sebesar 264 juta jiwa, merupakan terbesar keempat di dunia. Dengan pengguna internet sebanyak 171 juta pelanggan pada 2018.
Berdasarkan hasil pemetaan daya saing digital Indonesia melalui East Ventures-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2020, menunjukkan bahwa secara umum EV-DCI Indonesia bernilai 27,9.
Ads.
"Dengan skala 0-100, angka ini memperlihatkan bahwa daya saing digital Indonesia masih terbilang rendah. Artinya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital," ujar Partner East Ventures, Melisa Irene.
Lanjut Melisa, berdasarkan pada 9 pilar yang menjadi alat ukur EV-DCI, pilar penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang mendapatkan nilai tertinggi.
"Ini berarti dari segi infrastruktur, Indonesia tergolong paling siap dalam ekonomi digital," ungkap Melisa.
ADVERTISEMENT
Ads.
Masih kata Melisa, sedangkan pilar sumber daya manusia (SDM) dan kewirausahaan, merupakan dua pilar dengan skor terendah yang menandakan bahwa Indonesia harus bekerja keras untuk menyiapkan SDM dan kewirausahaan untuk menghadapi ekonomi digital.
"Jika dilihat berdasarkan kawasan atau regional, pulau Jawa memimpin hampir pada semua pilar pembangun EV-DCI. Sedangkan wilayah lainnya terlihat mengumpul pada skor yang sama dengan Indonesia," beber Melisa.
Lanjut Melisa, berdasarkan provinsi, DKI Jakarta memimpin semua (34) provinsi dengan skor EV-DCI 79,7. "Hanya DKI Jakarta yang memiliki daya saing digital cukup baik," pujinya.
Sedangkan berdasarkan kota, selain DKI, sejumlah kota besar seperti Kota Bandung dan Kota Surabaya menempati posisi 3 besar.
Jelas Melisa, perkembangan ekonomi digital yang cukup pesat tersebut memberikan dampak bagi perekonomian nasional, maupun tenaga kerja Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Dampak positif bagi perekonomian adalah tumbuhnya berbagai platform jual-beli online (e-commerce), transportasi online (ride hailling), jasa keuangan online (financial technology), hingga digitalisasi pariwisata (online travelling). Ini membuat ekosistem ekonomi digital Indonesia semakin beragam," terang Melisa.
Sementara dampak positif bagi tenaga kerja adalah perubahan pola penyerapan dan komposisi tenaga kerja.
"Dalam tiga tahun terakhir, porsi tenaga terampil dan profesional tercatat meningkat hampir di semua sektor lapangan usaha yang terkait digital. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan kemajuan digital, persaingan di pasar kerja lebih kompetitif dan pekerja terampil dapat lebih unggul," beber Melisa.
Menurut Melisa, sektor Informasi dan Komunikasi yang menjadi tulang punggung ekonomi digital mencatatkan peningkatan tertinggi dengan 15,8 persen.
Di sisi lain, perkembangan ekonomi digital juga berdampak negatif. Terlihat dari banyaknya perusahaan retail yang menutup gerainya, perusahaan taksi yang mengurangi jumlah armada secara signifikan, serta perbankan yang menutup sebagian kantor cabang.
ADVERTISEMENT
"Mereka harus menghadapi persaingan ketat dengan para pemain digital, seperti e-commerce, transportasi online dan financial technology," ungkap Melisa.
Lanjut Melisa, dampak negatif ini juga dirasakan oleh para pekerja yang tidak atau kurang terampil.
Di daerah-daerah dengan daya saing digital yang cukup tinggi, porsi pekerja rentan digitalisasi mengalami penurunan. DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat sebagai daerah yang masuk dalam 5 besar dengan daya saing digital tertinggi, mengalami penurunan porsi pekerja rentan yang tertinggi.
Perlu diketahui, East Ventures adalah investor startup tahap awal pertama di Indonesia yang telah beroperasi sejak 2009. Melalui investasinya di 170 startup digital di Asia Tenggara, yang 130 di antaranya lahir dan beroperasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
East Ventures adalah salah satu modal ventura berkinerja terbaik di dunia dan konsisten memberikan IRR (Internal Rate of Return) yang tinggi.(ads)
Editor: Lizya Kristanti