Dekan FKH Universitas Brawijaya: PMK Tidak Menular ke Manusia

Konten Media Partner
12 Mei 2022 19:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB), drh Dyah Ayu Oktavianie AP MBiotech. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB), drh Dyah Ayu Oktavianie AP MBiotech. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB), drh Dyah Ayu Oktavianie AP MBiotech menjelaskan bahwa wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak tidak sampai menular ke manusia.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan bahwa PMK bukan penyakit zoonosis atau penyakit pada binatang yang dapat ditularkan kepada manusia secara langsung atau melalui serangga.
Hingga saat ini, tambah dia, di Indonesia belum ditemukan kasus penularan PMK ke manusia.
Dyah menegaskan bahwa masyarakat masih tetap bisa mengonsumsi daging dan susu sapi. Asalkan diolah dengan baik, bersih, dan sempurna.
"Ini yang harus dipahami masyarakat. Tidak perlu takut mengonsumsi daging dan susu, tapi harus diperhatikan pengolahan daging dan susu dengan benar sehingga virus menjadi in-aktif," jelasnya.
Dalam upaya penanganan dan pencegahan wabah PMK pada hewan ternak ini sendiri, kata dia, FKH UB siap berkontribusi seperti menjalin kerja sama dengan dinas terkait dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim II dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ternak, serta edukasi kepada para kelompok ternak sapi maupun kambing dan Koperasi Unit Desa (KUD) di wilayah Malang Raya dan Kota Batu.
ADVERTISEMENT
"Kami siap menerjunkan tenaga medis veteriner yang ada di fakultas kami. Edukasi juga akan kami lakukan dalam bentuk Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang bertujuan untuk memberikan informasi terkait penanganan hewan ternak yang terkena PMK," ujarnya.
Melalui upaya ini, diharapkan tidak ada kepanikan yang berujung pengambilan keputusan yang salah dari para peternak atau jagal hewan untuk menjual hewan yang terkena PMK dengan harga di bawah harga pasar.
Ditambahkan Dyah, sebenarnya Indonesia sudah dinyatakan terbebas dari PMK sejak tahun 1990-an. Wabah yang terjadi saat ini kemungkinan berasal dari lalu lintas hewan ternak atau bahan pangan asal hewan yang berasal dari luar Indonesia.
"Maka dari itu saat ini pemerintah memberlakukan pembatasan wilayah, khususnya lalu lintas hewan ternak pada daerah wabah agak tidak semakin meluas wabah PMK yang terjadi sejak akhir April lalu,'' paparnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan bagi sapi yang saat ini sudah terindikasi terkena PMK, Dyah mengatakan bisa diberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, terapi symptomatis, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder.
"Virus tersebut menyerang hewan ternak yang mempunyai daya tahan tubuh rendah dan pada sapi-sapi muda bisa berakibat kematian sehingga angka mortalitas pada sapi muda atau pedet cukup tinggi," pungkasnya.