Diduga Pukuli Siswa, Kepala Asrama SMA SPI Kota Batu Dilaporkan ke Polisi

Konten Media Partner
16 November 2021 19:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Lembaga Perlindungan Anak Kota Batu menunjukkan bukti pelaporan tindakan kekerasan oleh Kepala Asrama SMA SPI Kota Batu kepada siswanya, pada Selasa (16/11/2021). Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Tim Lembaga Perlindungan Anak Kota Batu menunjukkan bukti pelaporan tindakan kekerasan oleh Kepala Asrama SMA SPI Kota Batu kepada siswanya, pada Selasa (16/11/2021). Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
BATU - Praktik tindak kekerasan kembali terungkap di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu.
ADVERTISEMENT
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Batu, Fuad Dwiyono, melaporkan Kepala Asrama SMA SPI Kota Batu, Ahmad Akhiyat, pada Selasa (16/11).
Ahmad Akhiyat dilaporkan atas dugaan tindak kekerasan terhadap siswanya. Hal itu diketahui dari rekaman suara yang berhasil direkam siswa lain saat aksi kekerasan itu terjadi. Diketahui, aksi itu dilakukan di hadapan puluhan siswa yang lain.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Batu, Fuad Dwiyono. Foto: Ulul Azmy
Dalam video tersebut terdengar suara pria berteriak dengan intonasi marah-marah sembari menampar dan memukuli korban berkali-kali. Video tersebut juga telah dikonfirmasi oleh korban bahwa itu adalah dirinya.
Video itu pula yang disetorkan LPA Kota Batu dalam pelaporannya. Termasuk keterangan langsung dari dua korban.
Dijelaskan Fuad, peristiwa itu terjadi pada 3 Mei 2021. Saat itu, pukul 12.30 WIB, terlapor mengumpulkan seluruh siswa di BP Cinema, gedung mini teater atau bioskop mini di sana.
ADVERTISEMENT
''Tanpa ada sebab yang jelas, dua orang korban ini dipanggil ke depan, lalu dimarahi sambil ditampar, dipukuli, dan ditendang berkali-kali di hadapan seluruh siswa,'' jelas Fuad, usai proses pelaporan.
Dari pengakuan korban, lanjut dia, alasan terlapor memarahi korban ditengarai sebagai buntut dari permintaan korban untuk keringanan jam kerja. Dia merasa kecapekan harus bekerja sampai larut setiap hari.
Fuad menuturkan aksi kekerasan seperti itu hampir dialami siapa pun yang pernah tinggal di sana. Hanya saja, fakta itu baru bisa dibuktikan lewat rekaman video tersebut.
''Dari kejadian ini, aduan yang kami dengar dari para siswa itu benar adanya. Di luar tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan pendirinya (JEP), nyatanya rantai kekerasan itu juga terjadi secara sistemik,'' ujar Fuad.
ADVERTISEMENT
Fuad menambahkan, aksi kekerasan itu tak hanya dipertontonkan di hadapan seluruh siswa, tapi juga disaksikan oleh Kepala Sekolah SMA SPI.
''Saya katakan tadi juga kepala sekolah harus ikut diperiksa karena ada pembiaran di situ. Ini dipukuli lo ya,'' imbuhnya miris.
Derita korban tak cukup di situ saja. Korban bersama lima temannya dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing. Kata Fuad, mereka dipulangkan dengan hanya diberi uang saku Rp 500 ribu. Padahal, mereka sudah tidak punya sanak keluarga.
''Mereka ini anak yatim piatu, gak punya siap-siapa lagi. Mereka itu akhirnya telantar di jalan, jadi tukang parkir, ngamen. Mereka gak tau harus pulang ke mana,'' bebernya.
''Tapi, lama kemudian mereka dihubungi kembali oleh pihak SPI untuk balik ke asrama. Sekarang mereka sudah balik asrama lagi,'' imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Fuad berharap kasus ini menjadi atensi utama pihak kepolisian demi menuntaskan rantai kekerasan sistemik ini. Apalagi korbannya adalah anak-anak yatim piatu.
''Saya harap banyak korban-korban lain ikut berani buka suara semua demi memutus rantai tindakan penganiayaan di sekolah tersebut,'' pungkasnya.