Dikepung Kabut Tebal, Alun-alun Kota Batu ‘Hilang’

Konten Media Partner
18 Oktober 2022 18:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Alun-alun Kota Batu bak hilang ditelan awan kabut tebal pada Selasa (18/10/2022). Foto/Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Alun-alun Kota Batu bak hilang ditelan awan kabut tebal pada Selasa (18/10/2022). Foto/Azmy
ADVERTISEMENT
BATU – Fenomena tak biasa terjadi di Kota Batu, Jawa Timur, pada Selasa (18/10/2022). Pada hari itu sejak pukul 13.00 WIB, Kota Apel dikepung kabut tebal. Jarak pandang menjadi terbatas hanya sekitar 1 kilometer saja.
ADVERTISEMENT
Dari pantauan sebagian besar kawasan Kota Batu diselimuti kabut tebal tersebut, mulai dari daerah Desa Beji hingga kawasan Songgoriti. Alun-alun Kota Batu yang terletak di pusat kota seolah hilang bak ditelan kabut.
Asap kabut ini sudah terlihat di daerah kawasan Beji atau Jalan Raya Pendem penghubung Malang-Batu. Suasana serupa juga terjadi di kawasan Jatim Park 3 hingga Alun-alun. Fenomena tak biasa ini masih berlangsung hingga kini pukul 15.00 WIB.
Seorang juru parkir di kawasan Alun-alun Batu, Gilang (42), fenomena aneh ini mulai terasa sejak pukul 12.30 WIB. Anehnya, fenomena ini hampir tak pernah dia temui selama 15 tahun hidup di Kota Apel ini.
“Anehnya juga, arah kabut datang dari arah bawah (utara) mengarah ke barat (Gunung Panderman). Biasanya kabut kan dari atas ya. Tapi memang sudah 2 hari ini kan gak ada matahari,” ujar Gilang pada wartawan.
ADVERTISEMENT
Menurut pria warga Kelurahan Temas ini, jarak pandang akibat kabut ini terbatas sekitar 1 kilometer. Meski begitu, aktivitas di sekitar Alun-alun masih berlangsung normal. “Ya mungkin hati-hati saja ya, karena kabutnya tebal banget,” kata Gilang.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu mengimbau pengguna jalan berhati-hati. Pasalnya, kabut tebal yang terjadi membuat jarak pandang terbatas. Namun menurut Agung fenomena ini tergolong wajar.
“Dua hari ini hujan turun hampir seharian. BMKG juga telah merilis pemberitahuan soal datangnya musim penghujan ini,” jawab Agung dihubungi.
Kemunculan kabut ini jelas Agung terjadi akibat penurunan suhu. Selama dua hari terakhir ini pula sinar matahari kerap tertutup awan mendung. “Kabut tebal seperti ini terakhir kali terjadi pada era 1970-1980 silam,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, memasuki musim penghujan ini warga Kota Batu diharap waspada. Sejumlah fenomena alam dimungkinkan terjadi. Menurutnya, potensi bencana yang patut diwaspadai dan kerap terjadi antara lain banjir dan tanah longsor. “Kalau kabut, belum tentu perlu dikhawatirkan,” ujarnya.
Dari hasil kajiannya, ada 6 titik rawan daerah yang berpotensi terjadi longsor. Kawasan paling rawan terjadi di Kecamatan Bumiaji yang dipetakan ada 6 titik. Empat titik lainnya ada di kawasan Kecamatan Batu.
“Sementara untuk banjir, ada 7 desa yang rawan. Tapi itu yang dimaksud banjir genangan karena terjadi sumbatan. Rata-rata terjadi di kawasan padat penduduk yang juga karena sering buang sampah sembarangan,” kata Agung.
Selama masa darurat siaga bencana ini, pihaknya telah menjalin koordinasi dengan banyak pihak. Diimbau agar masyarakat termasuk wisatawan untuk waspada mengingat cuaca ekstrem.
ADVERTISEMENT