Dokter Tirta Kupas Salah Kaprah Penanganan COVID-19 di Webinar Tugu Media Group

Konten Media Partner
23 Januari 2021 19:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr Tirta.
zoom-in-whitePerbesar
Dr Tirta.
ADVERTISEMENT
MALANG - Relawan COVID-19 yang populer dikenal dengan nama dr. Tirta mengungkapkan selama ini banyak terjadi salah kaprah dalam sengkarut informasi mengenai COVID-19. Mulai dari informasi hoaks, stigma negatif hingga salah paham atau missleading.
ADVERTISEMENT
Menurut Tirta, dikhawatirkan akan berdampak pada turunnya 'trust issues' (kepercayaan masyarakat) terhadap proses vaksinasi yang sedang dijalankan pemerintah. Sehingga gelombang anti-vaksin justru meluas. Terlebih, dia juga sangat menyayangkan gaya komunikasi pejabat pemerintah yang dianggapnya buruk.
''Banyak missleading soal vaksin. Karena vaksin bukan obat. Vaksin itu untuk memperkuat antibodi tubuh. Meski sudah divaksin, tetep harus disiplin prokes, pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan,'' tegas sja dengan gaya ceplas-ceplos khasnya.
Hal ini dia ungkapkan dalam acara Webinar Nasional bertajuk 'Kesehatan dan Ekonomi Nasional Pasca-Vaksinasi' yang diadakan oleh Tugu Media Group, perusahaan media yang membawahi tugumalang.id (partner kumparan.com) dan tugujatim.id bersama Climate Change Frontier (CCF), Sabtu (23/1/2021).
Sebagai informasi Webinar Nasional ini diudukung oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, Synchronize Management, Wira-Wiri Entertaiment, dan Manusia Peduli Lingkungan (MPL) 8320.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga menyoroti terkait arus informasi di media utama yang memberitakan bahwa seolah-olaj terapi menggunakan plasma konvalesen adalah jalan keluar. Bisa menyembuhkan dengan tingkat kesembuhannya mencapai 90 persen.
Padahal, menurut dja terapi tersebut masih butuh serangkaian tahapan uji klinis karena ilmuwan lebih banyak meragukan terapi itu. ''Terapi ini masih tahap uji klinis, belum bisa dipakai di Indonesia, dipercaya secara ilmiah dalam penggunaan bisa-bisa malah memperparah COVID-19,” lanjut lelaki berusia 29 itu.
Oleh karena itu, dr. Tirta mengimbau untuk semua orang agar berhat-hati dalam mengeluarkan pernyataan terkait COVID-19. Apalagi, di tengah kondisi kritis seperti ini.
“Hati-hati saat buat statement. Jangan sampai ada ‘missleading’. Gampang digoreng sama media dan malah gak kelar-kelar ini pandemi. Hati-hati, apalagi di tengah kondisi kritis kayak gini,'' ingatnya.
ADVERTISEMENT