Dosen FEB Unisma Bagikan Tips Mendeteksi dan Mencegah Cyberbullying

Konten Media Partner
30 Juli 2021 9:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen FEB Unisma, Harun Alrasyid PhD. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Dosen FEB Unisma, Harun Alrasyid PhD. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Gerakan Literasi Digital Nasional kembali didengung-dengungkan oleh Kominfo melalui berbagai gerakan, sosialisasi, maupun edukasi.
ADVERTISEMENT
Seperti kegiatan yang saat ini dilaksanakan oleh Kominfo dengan menggandeng praktisi dan akademik. Untuk itulah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) kembali dilibatkan Kominfo dalam Gerakan Literasi Digital Nasional.
Kali ini, Dosen FEB Unisma, Harun Alrasyid PhD, menjadi narasumber dalam acara Generasi Literasi Digital Nasional, pada Kamis (29/7/2021).
Generasi Literasi Digital Nasional. Foto: dok
Acara yang digelar secara virtual ini, mengambil tema “Indonesia Makin Cakap Digital: Gerakan Nasional Literasi Digital”.
Kegiatan ini dibuka dengan sambutan Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo; dan Bupati Malang, Drs H M Sanusi MM.
Harun menyampaikan materi tentang bagaimana mendeteksi dan mencegah cyberbullying atau perundungan siber.
Dosen FEB Unisma, Harun Alrasyid PhD. Foto: dok
Di awal paparanya, Harun memberikan insight tentang maraknya cyberbullying di dunia internasional. “Survey yang dilakukan oleh Microsoft tahun 2020 terhadap 58 ribu orang dari 32 negara, menempatkan Indonesia pada posisi paling rendah, yang artinya tingkat ketidaksopanan netizen Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Banyaknya ujaran kebencian, cyberbullying, dan hoaks membuat netizen berperilaku tidak sopan di ruang digital," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini diperjelas oleh data dari Kemendikbud tahun 2019 yang menyebutkankan bahwa 41 persen peserta didik melaporkan telah mengalami perundungan dengan berbagai jenis.
Aksi perundungan melalui dunia digital diperkirakan semakin meningkat di tengah masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan berbagai aktivitas harus dilakukan secara daring. Hal ini disebabkan kemudahan akses terhadap sosial media yang tidak mudah dikontrol sehingga menyulitkan pemantauan interaksi yang terjadi secara luring.
“Melalui berbagai platform media digital, setiap orang bisa melakukan interaksi dalam bentuk permintaan pertemanan, mem-follow, foolback, say hello, menggunggah status, kepo terhadap status orang lain, nge-like, share, berkomentar, dan lain-lain,” tutur Harun.
Lebih Lanjut, Ketua Program Studi Perbankan Syariah FEB Unisma ini juga mengatakan, setiap orang juga dapat memiliki lebih dari satu akun di media sosial yang memungkinnya membuat akun samaran yang nantinya digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada cyberbullying.
ADVERTISEMENT
Untuk menangani hal tersebut, dia memberikan tips bagaimana mencegah terjadinya cyberbullying. “Cyberbullying dapat dicegah melalui diet sosial media, yakni membatasi postingan atau tidak memposting hal-hal yang aneh; menggunakan nama asli bukan samaran; membatasi pertemanan dengan teman yang dikenal; mengunggah hal-hal yang positif dan bermanfaat; baca sebelum nge-like, baca komentar sebelumya sebelum berkomentar; pilih grup sesuai kebutuhan; saring sebelum sharing; dan tidak menyebar hoaks,” pungkasnya.(ads)