Eks Mendikbud RI 'Launching' Buku tentang Pangeran Diponegoro

Konten Media Partner
14 Juli 2019 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TAMBAH LITERASI: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tahun 1993-1998. Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro saat launching bukunya Sabtu (13/7/2019). (Foto: Gigih Mazda - Tugumalang.id)
zoom-in-whitePerbesar
TAMBAH LITERASI: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tahun 1993-1998. Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro saat launching bukunya Sabtu (13/7/2019). (Foto: Gigih Mazda - Tugumalang.id)
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Selama ini, rujukan informasi historis terkait Pangeran Diponegoro dianggap terlalu mengacu pada sumber Pemerintahan Belanda. Dengan alasan itu, buku berjudul Sejarah Ringkas Pangeran Diponegoro di-launching. Buku itu ditulis oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tahun 1993-1998, Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro.
ADVERTISEMENT
Acara launching buku itu dilakukan di SMPN 20 Kota Malang pada Sabtu siang (13/7/2019). Guru-guru anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu Pengetahuan Sosial se-Malang Raya dan sekitarnya mengikuti acara tersebut.
"Jadi tujuan buku ini adalah melihat Diponegoro ini dari sisi lain. Yaitu dari sisi ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan," terang Prof. Wardiman usai acara pada tugumalang.id Sabtu (13/7/2019).
Ia menuturkan, bila selama ini rujukan terkait Pangeran Diponegoro memang mengacu pada literatur Belanda. Baru setelah buku yang ditulis peneliti sejarah berkebangsaan Inggris bernama Peter Carey, rujukan sejarah terkait Pangeran Diponegoro jadi sedikit berubah.
"Saya banyak mengutip dari bukunya Peter Carey yang pernah menulis tentang Pangeran Diponegoro ini," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelusuran tugumalang.id, Peter Carey telah menuliskan dua buah buku terkait putra pertama dari Sultan Hamengkubuwono III tersebut. Yakni berjudul Power of Prophecy Prince Dipanegara The End Of An Old Order In Java dan Destiny: The Life of Prince Diponegoro of Yogyakarta.
"Jadi pada rujukan Belanda ini Pangeran Diponegoro ini mengatakan sakit hati, tapi berdasar Peter Carey ini mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro bertindak karena kemiskinan dan masalah moralitas. Sehingga Diponegoro ingin menjadi Ratu Adil," terangnya.
Ia berharap bahwa dengan adanya banyak rujukan modern yang baru. Dirinya ingin Peter Carey bisa menjadi rujukan berbahasa Inggris, dan bukunya tersebut menjadi rujukan yang berbahasa Indonesia.
Ia berharap buku baru tersebut bisa membawa persepsi lain bagi siswa-siswi Indonesia. "Kalau sudah sampai di pelajaran Pangeran Diponegoro, kami ingin para guru ini menjelaskan fakta yang sebenarnya dari Pangeran Diponegoro. Karena sebelumnya itu merupakan karangan dari Belanda," tambahnya.
PERKAYA RUJUKAN: Tampilan buku terbaru tentang Pangeran Diponegoro. (Foto: Gigih Mazda - Tugumalang.id)
Sementara itu, salah seorang guru IPS asal SMPN 20 Malang, Budiarti Andjajani, menyambut positif kajian sejarah baru tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dengan buku ini akhirnya akan menambah materi. Sebab jika di buku paket 'kan hanya poin-poin saja, misalnya tahun-tahunnya perangnya saja. Tetapi kalau di buku ini, membahas mulai dari Diponegoro lahir, kemudian remajanya bagaimana, kemudian setelah dewasa bagaimana, sampai akhirnya berani mengangkat senjata," bebernya.
Ia berharap, buku itu bisa menjadi rujukan lagi selain mengandalkan koleksi buku sejarah di Perpustakaan Kota Malang atau juga mengandalkan internet. Tak hanya itu, pihaknya juga ingin agar siswanya tidak hanya menghafal pelajaran saja, melainkan memahami.
"Kami ingin anak-anak itu tidak ada yang menghafal. Karena belajar sejarah itu penting, dan saya ingin murid-murid ini bisa mengerti akan sejarah Indonesia di masa lalu," pungkas guru kelas 8 tersebut. (*)
ADVERTISEMENT
Reporter: Gigih Mazda
Editor: Irham Thoriq
Foto: Gigih Mazda