Foto: 5 Jam Menari Tanpa Henti di Kampung Budaya Polowijen

Konten Media Partner
29 April 2019 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para seniman memeriahkan Hari Tari Sedunia di Kampung Budaya Polowijen, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Para seniman memeriahkan Hari Tari Sedunia di Kampung Budaya Polowijen, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Dalam rangka memperingati Hari Tari Sedunia (World Dance Day) yang jatuh pada Minggu (28/4), Kampung Budaya Polowijen (KBP) yang berada di Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, bekerja sama dengan Universitas Negeri Malang (UM) untuk menggelar ritualan doa topeng nusantara. Selain itu, juga digelar acara menari selama lima jam oleh ratusan peserta lintas stakeholders.
ADVERTISEMENT
Penggagas KBP, Isa Wahyudi, mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan bentuk apresiasi dan pengungkapan ekspresi tentang kegembiraan warga dengan cara berkesenian dan melestarikan kebudayaan.
"Kegiatan kolosal bertajuk 'Gelar Dongo Topeng Nuswantoro' ini melibatkan sekitar 300-an orang, dari pelbagai lapisan masyarakat. Mulai warga KBP, siswa-siswi SD Arjosari I, sanggar tari Sumberawan, para penari Balearjosari, mahasiswa-mahasiswi dari beberapa perguruan tinggi, dan masih banyak lagi," kata Isa Wahyudi di Polowijen, sebagaimana rilis yang diterima Tugu Malang, Senin (29/4).
Isa Wahyudi--yang akrab disapa Ki Demang--mengatakan bahwa ada banyak macam cara masyarakat mengapresiasi seni dan budaya. Salah satunya adalah dengan menari.
ADVERTISEMENT
Ki Demang mengatakan, lebih dari 10 tarian termasuk tarian kolosal dipentaskan dalam acara tersebut. Namun, yang lebih diutamakan adalah tari-tarian topeng yang selama ini menjadi ciri khas Polowijen. Di antaranya adalah tari Beskalan Putri, Beskalan Patih, Grebek Jawa, Grebek Sabang, Grebeg Bapang, kemudian tari Topeng Ragil Kuning.
“Selain itu masih ada lagi suguhan-suguhan seni budaya lain yang akan dipentaskan," katanya.
Kaum Milenial Rawat Seni Tradisi Lokal
Budayawan Malang, Dr. Robby Hidajat, yang turut menyemarakkan acara itu, menilai bahwa, pada zaman now, tidaklah mudah bagi generasi muda-mudi milenial untuk mempertahankan seni tradisi dan mewarisi generasi zaman sebelumnya.
"Dibutuhkan kearifan dan sikap bijak saling memotivasi dan memfasilitasi untuk uri-uri budaya agar seni tradisi yang merupakan hasil cipta karya dan karsa lestari selamanya," ujar Robby.
ADVERTISEMENT
Menurut Robby, momen Hari Tari Sedunia merupakan momentum untuk mengajak semua kalangan lebih dekat dengan seni tradisi lokal. Tugas kita, kata Robby, adalah mewarisi dan melestarikannya.
Hari Tari Sedunia yang digelar di Polowijen ini dimeriahkan ratusan penari yang mementaskan mulai tari topeng, tari tradisional, tari kreasi, dan masih banyak lagi. Tampak hadir pula penari klasik transgender, Nyai Dadak Purwo.
Potret para seniman tari dengan kostum berwarna kuning. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
Anak-anak muda tampak antusias. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
Kegiatan ini diharapkan dapat menjaga budaya Nusantara. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
Kesadaran melestarikan budaya telah tumbuh dalam diri anak-anak dan kaum milenial. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
Topeng-topeng khas penari di di Kampung Budaya Polowijen, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
Para seniman tari memberi penghormatan kepada Makam Mbah Reni yang merupakan tokoh topeng malangan.(foto: Isa Wahyudi/Tugu Malang).
Para seniman menari di depan makam Mbah Reni yang merupakan tokoh topeng malangan dari Polowijen. Acara ini merupakan bagian dari Hari Tari Sedunia di kampung budaya, Polowijen, Kota Malang.(foto: Isa Wahyudi for Tugu Malang).
Editor: Irham Thoriq
Catatan: konten ini adalah kiriman dari pembaca Tugu Malang.