FOTO, Candi Sapta, Peninggalan Majapahit di Ujung Barat Malang

TUGU MALANG ADMIN
Jernih dan Mendalam Mengabarkan Tentang Malang Raya, Partner Resmi kumparan Start Up 1001 Media Online, Email: [email protected]
Konten dari Pengguna
12 Februari 2019 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TUGU MALANG ADMIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah pengunjung melihat benda yang diduga potongan-potongan candi utama di Candi Sapta, Desa Bayem, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, senin (11/2).
TUGUMALANG.ID-Candi Sapta, di Dusun Baturejo, Desa Bayem, Kecamatan Kasembon masih belum tereksplorasi dengan baik. Masih banyak orang yang belum tahu candi yang berada di ujung barat Kabupaten Malang ini. Kecamatan Kasembon adalah kecamatan paling barat dan berbatasan dengan Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri.
ADVERTISEMENT
Dari jantung kota, candi ini memang jauh. Butuh waktu sekitar dua jam jika berkendara dari Kota Malang. Meski jauh dari perkotaan, tapi candi ini cukup menarik untuk dikunjungi. Apalagi, bagi para peneliti purbakala.
Lantaran, candi bercorak Budha ini mempunyai ciri yang seperti vihara. Hal ini disampaikan oleh Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono. Dia meyakini, candi Budhis ini peninggalan kerajaan majapahit.”Sepengetahuan saya, Candi Sapta itu pada masa keemasan Majapahit,” ungkap Dwi.
Keyakinannya tentu berdasar hasil penelitian dan ciri-ciri candi. Seperti ditemukannya, kata Dwi, lima induk arca dan dua arca perwara. Meskipun, kepalanya arca itu sudah tidak bisa dikenali karena tidak ada kepalanya. Namun, corak Budha itu terlihat pada tempat duduk arca yang berbentuk teratai. ”Ini candi istimewa, karena kita bisa temukan tujuh arca,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, candi corak Budhis ini biasanya hanya ditemukan enam arca. Lima merupakan arca utama dan satu perwara. Sedangkan di Candi Sapta, bisa ditemukan tujuh arca. Menurut Dwi, dua arca perwara diamankan di Polsek Kasembon.
Apakah perlu ada eskavasi lagi? Mendapatkan pertanyaan ini, Dwi secara tegas mengiyakan. Sebab, pada kawasan candi bercorak Budha semestinya berdekatan dengan Vihara. Yakni tempat para penganut Budha beribadah setelah itu dilanjutkan ke Candi Sapta.
Di sisi lain, candi bercorak Budha ini juga jarang ditemukan di Jawa Timur. Sehingga, hal tersebut harus menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Seperti pemerintah daerah maupun provinsi.”Kalau dieskavasi lagi, tim peneliti siap kami terjunkan, karena ini candi kuno dan jarang sekali ditemukan,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Dwi menerangkan jika candi yang berada di perbatasan Kecamatan Kandangan, Kediri dengan Kecamatan Kasembon, Malang ini mempunyai tempat dilembah yang berada disisi utara Gunung Suci Kampud (Kelud,red). Pantauan wartawan tugumalang.id, senin (11/2), candi ini hanya tersisa struktur bata dan arca. Sayangnya candi ini masih sepi akan pengunjung. Padahal, lokasi candi ini sangat tenang dan layak untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Apalagi, di sekitar Candi Sapta itu terdapat beberapa bidang datar yang bisa digunakan untuk kemah. Ditambah, adanya kebun durian yang kemungkinan bisa menjadi daya tarik wisata lokal.”Saya baru saja kesini, dan berkesan sekali. Tempatnya nyaman untuk liburan,” kata Iandira Eingga Ebenezer, salah satu pengunjung.
Reporter : Rino Hayyu S
ADVERTISEMENT
Editor : Irham Thoriq
Salah seorang pengunjung Iandira Eingga Ebenezer sedang melihat benda purbakala di Candi Sapta, senin (11/2). Benda itu diyakini sebagai tugu penanda berdirinya candi.
Pohon durian berada di sekitar Candi Sapta menjadi daya tarik tersendiri.
Para pengunjung melihat benda-benda peninggalan purbakala di Candi Capta, di Kasembon, Kabupaten Malang, senin (11/2).